Namun, belakangan sekolah dan guru sepakat menggelar belajar tatap muka.
Simplisius mengatakan, SMKN 1 Sopang Rajong juga menggelar sekolah tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Jumlah siswa yang sedikit membuat aktivitas belajar mengajar bisa digelar dengan aman.
"Saya sebagai guru yang mengabdi di daerah terpencil Kabupaten Manggarai Timur terus berjuang dan berupaya agar segala informasi tentang bahan-bahan pelajaran serta informasi perkembangan wabah Covid-19 diperoleh walaupun berjalan kaki ke bukit gunung. Saya lakukan ini demi masa depan anak-anak SMKN 1 Sopang Rajong," jelasnya.
Ia pun menceritakan awal mula bisa menemukan sinyal internet di bukit tersebut. Guru tersebut bersama sejumlah rekannya mencoba naik ke Gunung Kawat Ma Loreng beberapa bulan lalu.
Saat bersantai di puncak gunung, ponsel mereka berbunyi, pesan dan telepon masuk. Saat telepon diangkat, sinyal yang masuk tak terlalu stabil.
Baca juga: Bawa Sejumlah Dokumen ke Kanwil Kemenkumham, Ini Permintaan Demokrat Jatim...
Beberapa di antara mereka memutuskan memanjat pohon untuk mendapat sinyal lebih bagus.
"Kemudian banyak pesan masuk di perangkat sms dan WhatsApp. Kami download perangkat WhatsApp saat kami berada di Kota Borong," kata dia.
Namun, aktivitas mencari sinyal internet itu terganggu saat hujan turun di kawasan Sopang Rajong. Mereka tak bisa naik ke Gunung Kawat Ma Loreng.
"Ini sebentar lagi mau turun karena hujan gerimis saat ini. Mahasiswi tadi sudah turun duluan karena gerimis sudah turun. Kalau cuaca seperti begini, saya, rekan-rekan guru serta mahasiswa-mahasiswi yang belajar online tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saya biasa berupaya, pagi-pagi sekali ke gunung untuk mendapatkan signal dan membaca pesan-pesan, kemudian saya ke sekolah untuk mengajar anak-anak di kelas," jelasnya.
Selain sinyal internet, masyarakat Desa Nanga Meje juga belum mendapat listrik. Ketiadaan listrik menjadi salah satu kendala di pedalaman Kabupaten Manggarai Timur, khususnya Kecamatan Elar Selatan.