Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bagas, Si “Bagong Ganas” Gunung Cikuray yang Kerap “Goda” Pendaki

Kompas.com - 09/03/2021, 16:17 WIB
Ari Maulana Karang,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.comGunung Cikuray yang ada di Kabupaten Garut, menjadi salahsatu gunung yang jadi tujuan banyak pendaki dari berbagai daerah.

Banyak cerita tentunya saat mendaki gunung. Salahsatunya adalah cerita pertemuan dengan hewan liar di hutan.

Bagi para pendaki yang pernah mendaki Gunung Cikuray, nama Bagas (Bagong Ganas) mungkin sudah tidak asing lagi.

Nama "Bagas" atau "Bagong Ganas" diberikan para pendaki kepada seekor babi hutan di Gunung Cikuray yang biasa menyambangi camp para pendaki.

Bagong sendiri, merupakan Bahasa sunda dari babi hutan.

Baca juga: Viral, Video Pendaki Bertemu Babi Hutan di Gunung Cikuray, Ini Ceritanya

Pendaki Gunung Cikuray Sampai naik pohon saat ada "Bagas"

Cerita pertemuan para pendaki dengan Bagas, sempat viral di media sosial saat banyak video merekam para pendaki yang terpaksa harus menaiki pohon untuk menghindari Bagas yang datang ke tempat mereka berkemah dan mencari makanan dari perbekalan para pendaki.

“Banyak pendaki yang ketemu dengan Bagas memang, sudah jadi cerita biasa di kalangan pendaki,” jelas Agung (32), warga Desa Dayeuh Manggung Kecamatan Cilawu yang biasanya jadi titik awal pendakian dari stasiun pemancar televisi, Selasa (9/3/2021).

Keberadaan Bagas, menurut Agung, sampai sekarang tidak menyurutkan niatan para pendaki untuk mendaki Gunung Cikuray.

Bahkan, sepengetahuannya, belum pernah ada laporan pendaki yang mengalami luka-luka akibat serangan Bagas.

“Kebanyakan pendaki sudah hafal, jadi saat Bagas datang mereka menghindar dengan naik pohon sambil mengusirnya dengan berbagai cara,” katanya.

Baca juga: Bupati Garut Senang DPR Dukung Gunung Cikuray Jadi Taman Nasional

Cerita pendaki Gunung Cikuray, tenda dirobek "Bagas"

Dari cerita para pendaki, menurut Agung ada pendaki yang tidak takut dan memberi makan Bagas mi instan sambil badannya dielus-elus seperti halnya pada binatang peliharaan.

"Ada juga mereka yang sengaja mendaki hanya untuk bertemu si Bagas," katanya.

Biasanya, menurut Agung, Bagas ditemui para pendaki yang memulai pendakian dari pos stasiun pemancar televisi yang ada di wilayah perkebunan teh Dayeuh Manggung Desa Dayeuh Manggung Kecamatan Cilawu.

Ali (45), salah seorang pendaki gunung di Kabupaten Garut mengakui, cerita keberadaan Bagas di Gunung Cikuray memang tidak bohong.

Dirinya pun mengalami sendiri pertemuan dengan babi hutan tersebut saat mendaki Gunung Cikuray pekan lalu.

“Iya datang menjelang subuh ke tenda, saya sedang tidur, tenda dirobek dan tas yang jadi bantal saya tidur ditarik,” katanya, kepada Kompas.com Selasa (9/3/2021).

 

Usir "Bagas" dengan suara gaduh atau mi instan

Begitu mengetahui ada babi hutan, menurut Ali, dirinya bersama temannya mendaki lantas keluar tenda.

Beberapa temannya langsung memanjat pohon dan mencoba mengusirnya dengan memukul-mukul alat masak untuk membuat kegaduhan, sementara dirinya berusaha mengusirnya dengan melempari makanan berupa mi instan yang dibawanya.

“Awalnya sempat ngacak-ngacak tenda lain, saat itu ada tiga tenda terpasang, satu tenda ditinggal pemiliknya yang sedang ke puncak, tenda ini yang diacak-acak,” katanya.

Setelah diberi makanan, menurut Ali, babi hutan tersebut pun akhirnya pergi meninggalkan tempat mereka membuka tenda yang lokasinya ada di pos enam jalur pendakian Gunung Cikuray.

“Sepertinya sudah biasa diberi makanan dari pendaki, makanya terus mendatangi pendaki mencari makanan dari perbekalan pendaki,” katanya.

"Bagas" beraksi gara-gara perilaku jorok para pendaki

Perilaku Bagas ini, menurut Ali, tidak lepas dari perilaku para pendaki yang meninggalkan sisa-sisa makanan di hutan yang akhirnya dimakan oleh babi hutan. Lama kelamaan, babi hutan menjadi terbiasa makan dari perbekalan pendaki.

“Makanya, saat mendaki jangan sisakan apapun di gunung, sampah dan sisa-sisa makanan juga harus dibawa lagi,” katanya.

Ali sendiri melihat, Bagas hanya mencari makan di habitatnya. Namun, saat ini makanan aslinya di habitatnya sudah berkurang dan yang ada adalah sisa-sisa makanan dari pendaki yang akhirnya jadi makanannya.

“Jadi akhirnya Bagas nge”goda” pendaki untuk makan, makanya jangan rusak hutannya, jangan sisakan sampah dan limbah makanan di hutan, karena bisa merusak lingkungan dan prilaku satwa yang ada didalamnya,” pesannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com