Hal tersebut dibenarkan oleh Sumarno. Dia adalah mantan penghuni kampung itu.
Sumarno menyebutkan, penyebab terbanyak pindahnya warga Kampung Sumbulan karena sulitnya akses jalan.
Ia bercerita, di kampung tersebut dulunya pernah berdiri sebuah pondok pensantren.
"Pondok itu didirikan sekitar tahun 1850-an oleh Nyai Murtadho," paparnya.
Nyai Murtadho adalah anak seorang ulama dari Demak.
Pondok pesantren itu dikunjungi oleh banyak warga untuk belajar agama. Tak hanya masyarakat sekitar, warga dari luar daerah pun menuntut ilmu agama di situ.
Akan tetapi, selepas Nyai Murtadho dan keluarganya wafat, pondok pesantren itu kian sepi pengunjung.
Baca juga: Menikah dengan Pria Lombok, Wanita Asal Perancis Ini Diajari Bikin Sambal dan Pakai Sarung
Selain menyisakan beberapa bangunan rumah, kampung mati tersebut juga terdapat mushala.
Berbeda dari rumah-rumah warga, mushala itu masih aktif.
Mushala itu kerap dipakai warga untuk menunaikan salat dzuhur dan ashar.
Warga yang memanfaatkan mushala itu rata-rata adalah para petani yang memiliki sawah di sekitar lingkungan itu.
“Mushala masih sering dipakai untuk beribadah, dan selalu dibersihkan setiap hari,” ujar Ipin.
Baca juga: Presiden Jokowi Naik KRL dari Yogyakarta ke Klaten, Ini Kesannya