Tiba-tiba, keluarga mendapat kabar pasien tersebut meninggal. Pemulasaraan jenazah pun tak bisa dilakukan dengan cara yang biasa digelar masyarakat.
"Tidak bisa memandikan, apalagi memeluk untuk terakhir kalinya, kehilangan keluarga untuk selama-lamanya itu berat. Jadi jangan bosan berdiskusi dan mencari jalan-jalan kompromi yang terbaik dari sisi ritual budaya/keagamaan dan kesehatan, itu sangat penting," kata Leni saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa.
Menurutnya, kelahiran, kehidupan, dan kematian, merupakan perstiwa penting bagi manusia.
Terdapat ritual dan tradisi untuk memperingati setiap fase tersebut. Pandemi, kata dia, menghilangkan kebiasaan itu demi keselamatan banyak orang.
Lenny menilai, tokoh masyarakat, agama, dan otoritas kesehatan, memiliki peran penting untuk mengedukasi masyarakat.
"Upaya itu dilakukan untuk mendapatkan penyesuaian tata cara pemakaman yang disepakati bersama, terjamin keamanannya dan semua masyarakat bisa menerimanya," kata Lenny.
Saat ini tim peneliti Lapor Covid sedang melakukan penelitian bersama di 12 kota di Indonesia terkait hal itu.
"Semua daerah menjadi fokus perhatian kita, karena masing-masing wilayah memiliki karakteristik budaya dan masalahnya masing-masing, " katanya.
Baca juga: Kisah Melissa, WN Perancis yang Menikah dengan Pria Asal Lombok, Mengaku Suka Tempe Goreng
Apa yang dilakukan tim lapor covid ini, sejalan dengan upaya aparat Desa Jerowaru Lombok Timur.
Para tokoh agama, adat, dan masyarakat, serta aparat desa membhas perlakuan terhadap jenazah warga yang meninggal karena Covid-19.
Sekertaris Desa Jerowaru, Wildan Jaohari menjelaskan, mereka prihatin denga banyaknya warga di daerah lain yang menolak pemakaman pasien Covid-19.
Sehingga, mereka sepakat tak pernah menolak pemakaman pasien Covid-19 di desa itu.
"Kami menyiapkan tiga hektar kahan pemakaman umum di Dusun Otak Desa, Desa Jerowaru, jadi jika ada yang ditolak warga silahkan makamkan warga tersebut di desa kami, " kata Wildan.
Sejak Covid-19 menyerang NTB, masyarakat secara aktif mencari dan melaporkan warga yang baru tiba dari luar daerah atau luar negeri kepada pihak desa atau puskesmas.
Sehingga, warga yang baru tiba itu bisa menjalani isolasi mandiri.
"Jadi di sini warga saling bantu, saling mengingatkan, agar rantai penularan bisa diputus, awal awal kalaupun jumlah yang positif dari desa kami karena dilakukan tracing, dan warga kami banyak lebih dari 12.000 jiwa," katanya.
Saat ini pihak desa sedang membuat kamar isolasi mandiri dengan kapasitas 10 tempat tidur.
"Ini untuk membantu warga yang baru pulang dari luar negeri sebagai TKI, jadi kita siapkan ruang isolasi di desa secara mandiri," kata Wildan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.