Persentase kematian kasus Covid-19 di NTB melonjak karena minimnya tracing yang dilakukan pemerintah kabupaten dan kota. Ada anggapan, jika tracing dilakukan maka angka Covid-19 di daerah tersebut meningkat.
Hal ini mempengaruhi status zona wilayah tersebut. Mereka tak bisa masuk dalam zona hijau atau tidak ada kasus baru.
Ahli epidemiologi Dinas Kesehatan NTB Lalu Mahdan mengatakan, hampir semua kabupaten dan kota di NTB kahawatir dengan penentuan zona. Mereka khawatir masuk dalam zona merah Covid-19.
Padahal, indikator yang digunakan petugas untuk menentukan zona tersebut adalah kewaspadaan dini bukan kinerja.
Ada 14 indikator, di antaranya penurunan kasus positif, kematian, kesembuhan, kasus yang dirawat di rumah sakit, pemeriksaan sampel (cakupan pemeriksaan sampel dan positif rate), serta kapasitas layanan rumah sakit.
"Indikator ini roda penggeraknya adalah dari penambahan kasus positif Covid-19, ini yang sering menjadi momok bagi sejumlah wilayah, sehingga ragu melakukan tracing," kata Mahdan.
Padahal, tracing dilakukan untuk menemukan kasus sedini mungkin. Sehingga bisa mengikuti pergerakan virus dan meminimalkan penularan.
Seharusnya, kata dia, tracing, testing, treatment (3T) dilakukan daerah untuk menekan penyebaran kasus Covid-19.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTT, NTB, Kalbar dan Kalsel 1 Desember 2020
"Padahal jika banyak kasus ditemukan maka akan banyak calon yang akan sembuh, karena angka kesembuhan tinggi akan merubah zona, dari zona merah bisa menjadi zona kuning atau hijau," katanya.
Tracing yang disyaratkan adalah 1 berbanding 1.000 penduduk per pekan. Sementara, tracing di NTB masih 40 persen dari target yang ditetapkan.
Mahdan juga menyoroti banyaknya kabupaten kota yang khawatir angka kematian tinggi.
Padahal, kata Mahdan, jika penemuan kasus Covid-19 rendah, otomatis angka kematian tinggi karena pembaginya kecil. Jika tracing tak dilakkan, indikator kematian daerah itu akan tinggi.
"Karena itu mengapa saya selalu katakan bahwa 3 T itu sangat penting, jangan khawatir jika berada di zona merah. yang justru kita khawatirkan daerah di zona kuning, tak ada pergerakan tetapi pergerakan virusnya justru aktif, seolah baik baik saja, tetapi di wilayah itu abai tidak waspada," katanya.
Terkait kasus kematian dan perlakuan terhadap jenazah pasien Covid-19, peneliti Lapor Covid, Lenny Ekawati mengatakan, pandemi masih terasa sulit bagi semua pihak, terutama keluarga korban.
Keluarga tak bisa menunggu pasien setelah masuk ke ruang isolasi. Mereka tak bisa bertemu langsung.