Kriyan merupakan pedukuhan yang dikelilingi lahan pertanian dan ladang. Warga banyak menanam sayur, bawang, buah dan cabai.
Buis ini biasanya digunakan warga sebagai tempat penampung air untuk menghidupkan diesel penyiraman ladang hingga air bagi alat semprot pestisida.
Beberapa memanfaatkan beton bulat ini untuk tempat minum ternak.
Warga juga ada yang menempatkan buis beton di halaman depan rumah untuk menampung air bagi kegiatan rumah tangga.
Baca juga: Vaksinasi Tahap Kedua di Kulon Progo, Diprioritaskan untuk Perangkat Kecamatan dan Desa
Hasil pengamatan didapat sarang nyamuk dan jentik nyamuk sangat banyak pada buis.
“Kami mengamati 12 sampel penampungan. Kami mendapati banyak sekali jentik di buis penampungan air di area pertanian,” kata Suradi.
Dari sini kemudian muncul dugaan penyebaran DBD terkait sarang nyamuk berada pada penampungan-penampungan yang berada di luar rumah.
Hal ini diperkuat tempat tinggal penderita DBD berada tidak jauh dari ladang.
"Senin diputuskan untuk melakukan pembersihan. Kami gotong royong membersihkan semuanya," kata Suradi.
Warga dikerahkan untuk menguras, menyikat dan mengeringkan buis, berbagai penampungan air luar rumah, hingga toren dan bak air di rumah masing-masing.
“Yang dibersihkan di sekitar rumah warga saja. Warga mulai menutup buis dengan gabus atau plastik di lahan pertanian untuk menghalangi nyamuk bersarang di sana,” kata Suradi.
Baca juga: Kasus Covid-19 dari Klaster Pengajian di Kulon Progo Bertambah, Satu Jemaah Meninggal
"Kami mengharapkan empat hingga lima hari sekali menguras, mengeringkan dan menyikat penampungan air pertanian ini," kata Suradi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kulon Progo, TH Baning Rahayujati mengungkapkan sudah menerima laporan tersebut.
Namun, jumlah penderita DBD diperkirakan tidak sebanyak yang disampaikan warga.
“Memang ada peningkatan kasus di sana dan sudah memenuhi syarat pelaksanaan fogging. Tapi tidak semua yang DBD,” kata Baning. Menurutnya, Dinkes masih mendalami kasus dan laporan warga ini.