Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tukidi, Pemilik Rumah yang Menyempil di Antara Pagar Hotel Bintang Lima

Kompas.com - 03/03/2021, 17:07 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Seorang pria yang sudah tidak muda lagi terlihat sibuk melayani para pembeli di warung makanya. Nama pria ini adalah Tukidi yang saat ini berusia 70 tahun.

Di rumahnya yang sederhana dan sejuk Tukidi beserta istrinya Lasiyem (60) membuka usaha warung makan. Lokasi rumah dan warung makan milik Tukidi tidak sulit ditemukan.

Rumah Tukidi dan istrinya Lasiem berada di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Sariharjo, Ngaglik, Sleman. Rumah ini nyempil di antara pagar salah satu hotel bintang lima.

Baca juga: Hujan Es Kembali Turun di Sleman

Pengguna jalan akan mudah melihat keberadaan rumah ini ketika melintasi jalan Palagan Tentara Pelajar. Rumah ini jika dari Selatan berada di kiri jalan, tepat di pinggir jalan.

Saat ditemui, Tukidi menceritakan tanah tersebut merupakan warisan keluarga turun- temurun.

"Saya menempati disini sejak 1985. Ini luasnya kurang lebihnya 1.000 meter," ucap Tukidi saat ditemui Kompas.com, Rabu (03/03/2021).

Menurutnya, dahulu wilayah di sekitar rumahnya merupakan area persawahan. Saat itu di sekitar persawahan ada lima rumah termasuk rumahnya.

"Ini dulu sawah tadah hujan, maksudnya kalau musim hujan bisa ditanami padi satu kali. Kalau musim kemarau palawija. Tetangga jarang-jarang dulu, hanya dihuni lima rumah," ungkapnya.

Baca juga: Pertahankan Rumah di Tengah Kompleks Apartemen, Lies Tolak Tawaran Satu Unit hingga Uang Rp 3 M

Jalan Palagan Tentara Pelajar waktu itu masih belum selebar saat ini, jalanan juga masih sepi. Bahkan lampu penerangan juga belum sebanyak saat ini.

Saat hari sudah gelap, tidak ada orang yang lewat jalan di depan rumahnya. Sebab di sekitar jalan tersebut area persawahan yang minim penerangan.

"Dulu sepi, jalan aspalnya masih kasar, transportasi masih ada gerobak pasar dari Turi sana. Itu tidak sampai malam, kalau maghrib tidak ada orang lewat, sekitar tahun 2000 an mulai ramai," bebernya.

Tukidi (70) pemilik rumah di di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Sariharjo, Ngaglik, SlemanKOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Tukidi (70) pemilik rumah di di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Sariharjo, Ngaglik, Sleman
Tukidi menceritakan, pada 1990, ada perusahaan yang hendak membangun hotel. Lahan yang ada di sekitar rumahnya kemudian dibeli untuk pembangunan hotel.

Empat tetangganya saat itu juga turut melepas tanah mereka. Namun saat tanahnya ditawar akan dibeli, Tukidi tidak melepasnya.

Tukidi menyampaikan alasannya tidak melepas tanahnya karena saat itu harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang diinginkannya.

"Sebenarnya boleh dibeli asal harganya cocok. Dulu tawaran Rp 25 ribu per meter tahun 90, saya tidak mau," urainya.

Baca juga: Fenomena Hujan Es Terjadi di Nganjuk dan Sleman, Sebesar Kelereng hingga Video Viral

Akibatnya, ketika hotel dibangun, rumahnya masih tetap berdiri. Posisinya diapit oleh pagar hotel.

Bapak dua orang anak ini mengaku tidak menyesal dengan keputusannya saat itu, sebab harga tanah terus naik. Apalagi posisi tanahnya tepat berada di pinggir jalan utama.

"Kalau dulu dilepas malah uangnya sekarang udah habis. Kalau mau dijual, sekarang ibaratnya ditinggal tidur saja, harga tanah ini sudah naik sendiri, tapi ya saya menjaga warisan," bebernya.

Diceritakannya, rumah yang ditempatinya saat ini tidak banyak mengalami perubahan.

Meski sederhana, tapi rumah kakek empat orang cucu ini, tampak rindang dan sejuk.

"Lahan yang di belakang rumah saya tanami pohon pisang, ada sekitar 20-an. Kalau panen ya lumayan, bisa menyokong untuk bayar pajak," ucapnya sambil tertawa.

Baca juga: PN Semarang Eksekusi Rumah di Tengah Jalan Tol Batang-Semarang

Selain sebagai tempat tinggal, rumah Tukidi juga menjadi warung makan.

Ruangan tengah terdapat meja tempat untuk pembeli maka . Sedangkan di bagian depan dipasang estalase untuk meletakan berbagai lauk.

Tukidi awalnya bekerja serabutan kemudian memutuskan untuk membuka warung makan. Warung makan ini dinamai "Bu Lasiyem".

Warung makan ini menjadi penghasilan  bagi Tukidi dan istrinya Lasiyem.

Sebelum pandemi Covid-19, setiap pagi dan siang, warung makan milik Tukidi cukup ramai. Namun di saat pandemi saat ini, pembeli di warungnya tidak begitu banyak.

"Dulu ramai, sekarang pandemi ini berkurang. Yang datang ke sini untuk makan, dari pegawai, ada pegawai hotel, ya orang umun lah, orang-orang yang lewat jalan ini juga ada," urainya.

Para pembeli yang makan di warung, lanjutnya ada beberapa yang penasaran dengan posisi rumah Tukidi.

Baca juga: Cerita Ponidjo, Warga Suriname yang Mencari Keluarganya di Sleman, Bapak Ibu Tinggalkan Tanah Air Tahun 1931

Bahkan sampai ada beberapa pembeli yang bertanya langsung kepada Tukidi.

"Kalau ada orang yang makan disini, ya ada yang tanya, ada yang tidak. Ya tanya tentang rumah ini," ungkapnya.

Tukidi menuturkan, ada banyak orang yang mengincar untuk membeli tanahnya, sebab posisinya sangat strategis di pinggir jalan.

Namun Tukidi belum ingin menjual tanahnya tersebut.

Sampai saat ini, Tukidi dan Istrinya merasa nyaman tinggal di rumahnya yang sederhana dengan suasana sejuk.

"Kalau sudah meninggal ya untuk anak-anak," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Regional
Jembatan Menuju Pos Pantau TNI AL di Pulau Sebatik Ambruk, DPRD Desak Segera Bangun Ulang

Jembatan Menuju Pos Pantau TNI AL di Pulau Sebatik Ambruk, DPRD Desak Segera Bangun Ulang

Regional
11 Tokoh Daftar Pilkada 2024 di Partai Golkar Gunungkidul, Ada Bupati Sunaryanta

11 Tokoh Daftar Pilkada 2024 di Partai Golkar Gunungkidul, Ada Bupati Sunaryanta

Regional
Penumpang Kapal di Nabire Kedapatan Bawa 1 Kg Ganja

Penumpang Kapal di Nabire Kedapatan Bawa 1 Kg Ganja

Regional
Pembunuhan di Wonogiri, Pelaku Kubur Jasad Kekasih di Pekarangan Rumah

Pembunuhan di Wonogiri, Pelaku Kubur Jasad Kekasih di Pekarangan Rumah

Regional
Kronologi Tentara Amerika Meninggal di Hutan Karawang, Sempat Terpisah Saat Survei Latihan Gabungan

Kronologi Tentara Amerika Meninggal di Hutan Karawang, Sempat Terpisah Saat Survei Latihan Gabungan

Regional
Bea Cukai Temukan Truk Berisi Jutaan Batang Rokok Ilegal Tak Bertuan di Kalbar

Bea Cukai Temukan Truk Berisi Jutaan Batang Rokok Ilegal Tak Bertuan di Kalbar

Regional
Siswi SMA yang Simpan Bayinya di Koper Ternyata Sedang Magang

Siswi SMA yang Simpan Bayinya di Koper Ternyata Sedang Magang

Regional
TKW Asal Cianjur Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikan di Irak, Kini Minta Dipulangkan ke Indonesia

TKW Asal Cianjur Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikan di Irak, Kini Minta Dipulangkan ke Indonesia

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

Regional
[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

Regional
Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com