Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memburu Mujahidin Indonesia Timur Pimpinan Ali Kalora di Poso, Polisi Sebut Kelompok Sudah Melemah

Kompas.com - 03/03/2021, 15:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Empat bulan sejak kejadian pemenggalan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, belum ada tanda-tanda kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora dapat diringkus.

Alih-alih dibekuk, kelompok itu justru terlibat kontak tembak dengan satgas Madago Raya hingga menewaskan satu anggota TNI pada Senin (1/3/2021).

Kepolisian mengklaim kelompok MIT sudah melemah dengan senjata yang mereka miliki saat ini. Sementara pengamat terorisme menengarai wilayah persembunyian kelompok MIT mengecil.

Baca juga: Isak Tangis Ibu Praka Dedy, Prajurit yang Tewas dalam Baku Tembak dengan MIT di Poso

Bagaimanapun, pegiat perdamaian wilayah Poso mengatakan operasi keamanan telah berlarut-larut dan tidak memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Baku tembak yang melibatkan aparat keamanan dan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora terjadi di wilayah Pegunungan Andole, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Senin (01/03).

Insiden itu menyebabkan satu personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Poso meninggal dunia atas nama Praka Dedi Irawan.

Baca juga: Prajurit TNI yang Tewas dalam Baku Tembak dengan Teroris Poso Dimakamkan di Pekanbaru

Keluarga memeluk foto almarhum Kopda Anumerta Dedy Irawan saat upacara pemakaman secara militer di Taman Makam Bahagia, Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (02/03). Kopda Anumerta Dedy Irawan gugur dalam baku tembak dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di wilayah Pegunungan Andole, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tenggara pada Senin (01/03).Antara Foto Keluarga memeluk foto almarhum Kopda Anumerta Dedy Irawan saat upacara pemakaman secara militer di Taman Makam Bahagia, Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (02/03). Kopda Anumerta Dedy Irawan gugur dalam baku tembak dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di wilayah Pegunungan Andole, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tenggara pada Senin (01/03).
Dari pihak MIT, terdapat dua anggota mereka yang tewas atas nama Alvin alias Adam serta Khairul alias Irul. Saat ini dua jenazah sudah dimakamkan di wilayah Kota Palu.

Wakil Penanggung Jawab Operasi Madago Raya, Brigjen TNI Farid Makruf, mengatakan prajurit terbaiknya sudah mengenakan rompi antipeluru dan sudah sesuai prosedur dalam bertindak.

"Kontak tembak itu mengenai perut bagian bawah anggota kita dan tidak mengenai rompi anti peluru yang dipakainya," sebut Farid Makruf melalui pesan tertulis.

Kapolda Sulteng, Irjen Pol. Drs. Abdul Rakhman Baso, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa pengejaran masih terus dilakukan Satgas Madago Raya (dulu bernama Satgas Tinombala) di wilayah Pegunungan Andole.

Baca juga: Dua Terduga Teroris MIT Poso Tewas, Kapolda Sulteng: DPO 9 Orang, Jangan Tambah Lagi

Dari hasil olah tempat kejadian perkara, Satgas Madago Raya menemukan 11 butir amunisi senjata api laras panjang, ransel, golok, senter, GPS, dan baterai.

"Saat pengejaran dua orang lolos," ujar Kapolda Abdul Rakhman.

Menurutnya, jumlah personel kelompok MIT saat ini sembilan orang yang terbagi menjadi dua kelompok kecil. Kelompok tersebut sebelumnya beranggotakan 11 orang.

Kapolda Abdul Rakhman Baso mengklaim kelompok MIT pimpinan Ali Kalora mulai melemah.

Baca juga: Baku Tembak di Poso, Kapolda Sulteng: Mereka Akan Melakukan Amaliah

"Mereka kekurangan logistik bahan makanan. Senjata yang dimiliki kelompok MIT ini tinggal tiga pucuk: dua pucuk senjata pendek dan satu pucuk senjata api panjang," tuturnya.

Kontak tembak tersebut berlangsung empat bulan setelah sebanyak empat orang yang terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya tewas di Dusun Tokelemo, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Selain itu ada enam rumah yang dibakar. Salah satu rumah biasa dipakai sebagai tempat ibadah umat Nasrani.

Baca juga: Baku Tembak di Poso, Anak Eks Pimpinan MIT Santoso Tewas, Praka Dedi Gugur

'Semakin terdesak'

Ada enam rumah yang dibakar oleh kelompok MIT, November 2020 lalu. Salah satu rumah biasa dipakai sebagai tempat ibadah umat Nasrani.Dokumentasi Satgas Tinombala Ada enam rumah yang dibakar oleh kelompok MIT, November 2020 lalu. Salah satu rumah biasa dipakai sebagai tempat ibadah umat Nasrani.
Pascakontak tembak kelompok MIT dan Satgas Madago Raya, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, menengarai kelompok MIT pimpinan Ali Kalora saat ini semakin terdesak.

Penilaiannya didasarkan pada alasan bahwa jumlah personel kelompok itu semakin sedikit dan persenjataan yang mereka miliki tinggal tiga pucuk. Selain itu, wilayah persembuyian mereka sudah terdeteksi.

"MIT semakin terdesak. Dan tampaknya susah bagi mereka mendapatkan bantuan dari luar karena posisinya tidak memungkinkan dari sisi itu. Sekat-sekat dari Satgas Madago Raya begitu ketat sehingga bantuan dari luar susah masuk ke mereka. Ini membuat mereka terdesak dan bertahan dengan cara apa yang mereka bisa," jelas Ridwan.

Baca juga: Natal Pasca-teror di Sigi, Pesan Kasih Sang Pendeta dan Dukungan Warga Muslim Atasi Trauma

Menurutnya, jalan terbaik buat kelompok MIT adalah menyerahkan diri.

"Kalau mereka ini memaksakan diri melawan, maka bisa dipastikan mereka akan habis dalam kontak tembak. Tetapi bisa saja mereka menyerahkan diri menuju ke pos terdekat atau desa terdekat di pegunungan."

"Kemudian menyatakan menyerahkan diri barangkali mereka masih bisa diproses hukum. Tentu harus mempertanggungjawabkan tindakan mereka yang meneror masyarakat," paparnya.

Baca juga: Kemensos Salurkan Bantuan Senilai Rp 458 Juta untuk Ahli Waris Korban Teror di Sigi

'Yang aman siapa sebenarnya?'

Kapolda Sulteng Irjen  Pol. Drs. Abdul Rakhman Baso saat memberi keterangan pers terkait tewasnya dua DPO MIT pimpinan Ali Kalora, Selasa (2/3/2021).KOMPAS.COM/ERNA DWI LIDIAWATI Kapolda Sulteng Irjen  Pol. Drs. Abdul Rakhman Baso saat memberi keterangan pers terkait tewasnya dua DPO MIT pimpinan Ali Kalora, Selasa (2/3/2021).
Merlian Gogali, pendiri Sekolah Perempuan dan Institut Mosintuwu untuk perempuan lintas agama di Kabupaten Poso, berpendapat operasi kemanan di Poso berlarut-larut mengingat operasi ini berlangsung sejak 2012 silam.

Menurutnya nama sandi operasi sudah diganti, namun metode yang digunakan tetap sama.

Lian mengatakan metode yang sama ini terbukti tidak memberikan rasa aman.

"Bahkan sebaliknya menimbulkan teror dan ketakutan masyarakat dan berdampak signifikan sebenarnya sama masyarakat khususnya terkait dengan ekonomi dan juga sosial."

Baca juga: Jejak Ali Kalora, Pemimpin MIT yang Diduga Terlibat Teror di Sigi, Kerap Menyamar Jadi Warga Lokal

"Wilayah-wilayah operasi keamanan ini kan berada di ratusan hektare kebun warga. Dan itu mata pencarian utama warga. Karena operasi ini ada banyak warga yang dalam tujuh tahun terakhir meninggalkan puluhan hektare lahan kebunnya di daerah operasi militer dan tidak bisa diolah lagi, sehingga mereka beralih lapangan pekerjaan," kata Lian.

Dia mengatakan warga takut dianggap membantu aparat keamanan oleh kelompok bersenjata, dan sebaliknya warga khawatir dianggap membantu kelompok MIT oleh aparat keamanan.

"Jadi sebenarnya metode ini harus dievaluasi, dari pandangan masyarakat. Supaya operasi ini bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat. Jadi kalau sebutannya operasi keamanan, yang aman ini siapa sebenarnya?" ujar Lian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com