Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belasan Ton Ikan di Danau Batur Mati, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 03/03/2021, 13:08 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BANGLI, KOMPAS.com - Belasan ton ikan nila budidaya milik warga di beberapa titik Keramba Jaring Apung (KJA) Danau Batur, Kabupaten Bangli, Bali, mati sejak Selasa (2/3/2021) kemarin.

Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli mencatat ada 22 pembudidaya yang melaporkan ikannya mati.

Total sejauh ini ikan yang mati sebanyak 11.950 kilogram dengan kerugian diperkirakan ratusan juta. Adapun harga ikan konsumsi saat ini Rp 25.000 per kilogram.

"Harga per kilogram di lapangan untuk ukuran ikan konsumsi Rp 25.000 saat ini," kata Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli I Wayan Sarma, saat dihubungi, Rabu (3/3/2021).

Ia menuturkan, matinya ikan ini bermula saat warna air di Danau Batur berubah sejak Minggu (28/2/2021) lalu.

Baca juga: Cerita Ketua RT Saat Densus 88 Tangkap Terduga Teroris, Senapan Angin Disita

Perubahan warna ini disebabkan oleh hujan dan angin kencang di seputaran Danau Batur selama tiga hari berturut-turut.

Kondisi cuaca itu memicu naiknya belerang dari dasar danau atau dikenal dengan sebutan upwelling.

Kondisi ini menyebabkan bercampurnya semua polutan dan membahayakan kehidupan biota di danau. Serta sulfat dan fosfor yang bersifat mengikat oksigen di air danau.

Akibatnya, kandungan oksigen dalam air danau di daerah sekitar letupan belerang menurun drastis.

Turunnya kadar oksigen ini menyebabkan ikan-ikan milik warga mati.

"Ada fenomena upwelling, pengadukan antara air permukaan dengan air bawah danau. Air bawah danau naik dan menimbulkan belerang yang menyebabkan ikan mati," kata dia.

Ia mengatakan, fenomena ini biasanya terjadi antara bulan Januari dan Februari.

Sementara pada tahun lalu 2020 lalu, fenomena ini tak terjadi di Danau Batur.

"Petani dan petambak ikan di sana mereka sudah familiar dengan kondisi seperti itu," kata dia.

Untuk menyiasatinya, warga biasanya sudah menandai titik di mana belerang akan naik.

Sehingga mereka memilih tempat yang aman untuk menebar ikan.

Kemudian, pihaknya juga sudah mengingatkan agar panen lebih awal. Namun, kemungkinan para warga ini memilih berspekulasi.

"Saya sudah memberikan surat edaran bulan Januari yang lalu. Kalau memang perlu dilakukan panen lebih awal, iya lakukan panen lebih awal untuk mengurangi kerugian," kata dia.

Baca juga: Pakai APBD Senilai Rp 1,8 M, Pemkot Denpasar Lanjutkan Sewa Hotel untuk Pusat Karantina

Ia mengatakan, kondisi air danau sudah mulai normal karena hujan mulai berkurang dan hembusan angin kencang berkurang.

"Kemarin, kami sudah lakukan pendataan dan dua hari yang lalu kita melakukan pengukuran indikator air," kata dia.

Selanjutnya, pembudidaya diminta mengikuti prosedur dalam antisipasi bencana letupan belerang atau upwelling.

Caranya dengan menunda menebar ikan dan memberikan pakan ikan secara terbatas atau secukupnya sampai dengan kondisi cuaca lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com