Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Pandemi, Cerita Para Ibu yang Berprofesi sebagai Dokter, Beban Ganda Jadi Guru hingga Urus Keluarga

Kompas.com - 03/03/2021, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

Memang belum ada penelitian yang fokus pada dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental tenaga kesehatan perempuan, namun hasil penelitian Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran bisa memberi gambaran.

Penelitian tersebut menyoroti kesehatan mental ibu di masa pandemi Covid-19 dan melibatkan 1.534 ibu usia 21 hingga 65 tahun.

Sekolah di rumah atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menjadi salah satu pemicu stres, apalagi ayah atau suami tidak terlibat dan hanya dibebankan ke ibu.

Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19: Empon-empon yang Jarang Dilirik, lalu Jadi Primadona

Hasil penelitian Psikologi Unpad menunjukkan, hanya 45 persen suami yang terlibat dalam proses PJJ dan 25,1 persen tidak terlibat sama sekali.

Bagi tenaga kesehatan yang juga seorang ibu dan mendapat beban tambahan mengajar anak, kondisi tersebut berpeluang memicu kelelahan dan stres, menurut psikolog Rezki Ashriyana.

"Kalau dari penelitan yang saya lakukan bersama rekan, jangankan tenaga kesehatan, untuk kita sebagai pekerja normal yang tidak berkaitan langsung dengan virus tersebut itu juga sudah cukup berat."

Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19, Orang Nomor 1 Jadi Pasien Pertama Covid-19 di Kota Bogor

"Artinya ketika masuk pandemi ini, tuntutan sebagai ibu, sebagai guru, kemudian pekerjaan, tenaga kesehatan ini nggak peran ganda lagi, tapi triple bahkan lebih. Itu juga sudah sangat membuat lelah secara emosional maupun fisik," papar Rezki.

Dalam kondisi tersebut, Rezki menyebutkan, peran suami atau ayah sangat penting untuk mengurangi tekanan mental para ibu, khususnya yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan ini.

Hal ini terbukti dalam penelitian Psikologi Unpad, dimana rendahnya stres, cemas, dan depresi berbanding lurus dengan tingginya dukungan dari lingkungan sekitar.

Baca juga: Setahun Pandemi, Kawal Covid-19 Sebut Pengetesan dan Pelacakan Masih Bermasalah

Masih terlalu awal untuk memastikan, namun para ilmuwan khawatir virus Covid-19 akan mengalami mutasi yang membuatnya mampu lolos dari vaksin.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Masih terlalu awal untuk memastikan, namun para ilmuwan khawatir virus Covid-19 akan mengalami mutasi yang membuatnya mampu lolos dari vaksin.
"Paling penting adalah support system dari keluarga yang lain, entah dari suami, asisten rumah tangga, Itu penting. Karena kalau support systemnya nggak ada, itu capek banget, baik secara mental maupun fisik," kata Rezki.

Gangguan kesehatan mental yang dialami tenaga kesehatan sudah disadari oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat yang telah bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa.

Ketua IDI Jabar, Eka Mulyana, mengatakan IDI telah mengeluarkan buku panduan bagi seluruh dokter di Indonesia yang disusun oleh tim mitigasi.

Baca juga: Setahun Pandemi, Persi: Rumah Sakit Alami Krisis Keuangan

Buku panduan tersebut, menurut Eka, sebagai langkah menurunkan tekanan mental bagi para tenaga kesehatan.

"Kami lihat selama ini di fasilitas kesehatan, di rumah sakit, dan sebagainya, bukan tidak mungkin masih banyak laporan tenaga medis yang bekerja melebihi waktu yang direkomendasikan untuk bekerja setiap harinya."

"Nah, itulah salah satu yang menjadi penyebab (tekanan mental) yang tadi disampaikan. Apakah itu (tenaga medisnya) seorang ibu atau juga seorang bapak. Tapi intinya, penyebab dari tekanan kejiwaan dari saat pandemi, ini yang harus diatasi," ujar Eka.
Pembagian kerja pada masa pandemi Covid-19

Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19: Bandara Soekarno-Hatta Sempat Tutup, tetapi Kasus Pertama Tetap Muncul

Ilustrasi virus corona di Indonesia(Shutterstock)KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Ilustrasi virus corona di Indonesia(Shutterstock)
Seperti yang terlihat dalam penelitian UN Women, beban seorang ibu bertambah pada masa pandemi.

Selain harus melakoni pekerjaan rumah tangga yang bertambah, para perempuan mesti merawat dan mengasuh keluarga. Kaum perempuan juga lebih banyak mengambil alih tugas mengajar anak-anak di rumah dibanding laki-laki.

Sebanyak 39 persen perempuan menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengajar anak di rumah dibanding laki-laki yang hanya berjumlah 29 persen dari responden.

Survei ini melibatkan 1.266 responden terdiri dari 54 persen responden perempuan dan 46 persen laki-laki.

Baca juga: Setahun Pandemi, Kasus Covid-19 di Kabupaten Bogor Diklaim Turun, Bupati Ade Yasin Beri Penghargaan ke Kades

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Mutiara Ika menyebutkan, kesulitan pembagian kerja di rumah tangga, antara isteri dan suami itu, nyata terjadi.

Menurutnya, laki-laki cenderung tidak peka terhadap pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan perempuan dibuat menerima bahwa itu adalah kewajibannya sebagai perempuan.

Padahal pekerjaan-pekerjaan rumah tangga itu adalah pekerjaan yang membutuhkan banyak detil. Jam kerja yang dibutuhkan pun bisa jadi lebih panjang daripada jam kerja untuk pekerjaan publik.

Baca juga: Setahun Pandemi Corona, Istilah Seputar Covid-19 Pun Tercipta

Kondisi itu dilanggengkan dengan ketidakmampuan perempuan untuk bernegosiasi dalam pembagian tugas.

Solusinya, kata Ika, adalah pembagian jam kerja yang sama dan saling bergantian untuk ragam jenis pekerjaan rumah tangga.

"Agar sensitivitas terhadap pekerjaan rumah tangga dan kesadaran bahwa pekerjaan rumah tangga itu perlu dibagi, baik bagi perempuan maupun laki-laki," kata Ika.

Wartawan di Bandung, Yuli Saputra, berkontribusi dalam artikel ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com