Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Nyalindung, Ahmad menjelaskan tanah bergerak yang mulai dilaporkan warga Minggu 13 Desember 2020 telah mengakibatkan lahan ambles.
"Ya sekarang amblesannya semakin dalam. Rata-rata amblesannya di sepanjang rekahan tanah mencapai 5 meter," jelas Ahmad kepada Kompas.com di Tempat Pengungsian SDN Ciherang, Senin (1/3/2022).
Dia menuturkan dalam sepekan terakhir, menjelang akhir Februari sempat turun hujan dengan intensitas deras beberapa jam. Akibatnya rekahan tanah semakin melebar dan mendalam, juga terdapat aliran air baru yang terus menggerus tanah.
"Hasil pantauan di lahan lebih rendah, di sekitar lerengan sudah banyak tanahnya yang longsor, dengan material lumpur, batu dan pasir," tutur Ahmad.
"Juga air sungai Cibodas yang letaknya lebih bawah sudah keruh, kotor dari longsoran," sambung pria yang sudah dua bulan di lokasi bencana tanah bergerak mendampingi para penyintas.
Data sementara Satgas Penanggulangan Bencana Ciherang, Senin (1/3/2021) mencatat rumah tidak layak huni terdampak tanah bergerak 21 unit yang dihuni 24 kepala keluarga sebanyak 58 jiwa.
Di antaranya 14 unit rumah sudah dibongkar secara mandiri.
Sedangkan rumah yang terancam berjumlah 109 unit dihuni 125 kepala keluarga sebanyak 399 jiwa.
Jumlah total terdampak dan terancam 129 unit rumah 149 Kepala Keluarga 457 jiwa.
Pengungsi 57 Kepala Keluarga (KK) 170 jiwa. Meliputi di lokasi SDN Ciherang ada 20 KK 66 jiwa dan di lokasi lain ada 37 KK meliputi 104 jiwa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.