Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Desa Miliarder, Adakah yang Berubah di Masyarakat?

Kompas.com - 28/02/2021, 23:17 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Beberapa pekan lalu video tentang sejumlah warga Desa Sumurgeneng, Tuban, Jawa Timur, memborong mobil hasil penjualan tanah viral di media sosial.

Warga membeli mobil baru setelah tanah mereka dibeli untuk proyek kilang minyak pertamina.

Tak berselang lama, warga juga kembali dihebohkan dengan peristiwa serupa di Desa Kawungsari, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Baca juga: Selain Borong 176 Mobil, Ini yang Dilakukan Ratusan Warga Desa dengan Uang Miliaran Rupiah yang Didapat

 

Warga di desa ini mendadak kaya setelah menerima ganti untung pembelian lahan untuk proyek waduk.

Warga desa ini kemudian rama-ramai memborong motor dan mobil yang jumlahnya mencapai 300 unit.

Pengamat Psikososial dan Budaya Endang Mariani mengatakan fenomena yang terjadi pada masyarakat di dua desa itu bisa dianggap sebagai reaksi yang dapat dimengerti.

Baca juga: Lepas Lahan untuk Proyek Waduk Kuningan, Warga Terima Rp 134 M, Borong 300 Motor dan Mobil

Hal ini jika dilihat dari pendekatan psikologi, sosial, budaya dan ekonomi serta teori kebutuhan yang telah banyak diajukan oleh para ahli.

"Dengan uang yang diterima, maka kebutuhan primer dan sekunder dapat langsung terpenuhi. Tentu saja jika tidak dilakukan secara berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan, fungsi serta manfaatnya," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (28/2/2021).

Doktor Psikologi lulusan Universitas Indonesia ini menyebut memang uang tidak selalu dapat memenuhi seluruh kebutuhan manusia yang sangat kompleks.

Namun, uang dapat menjadi “jalan keluar” bagi pemenuhan kebutuhan manusia.

Dengan miliaran rupiah yang diterima, hampir seluruh kebutuhan fisik untuk hidup, seperti pangan, sandang, dan papan dapat dipenuhi.

Demikian pula dengan kebutuhan akan keamanan diri, seperti ketersedian sumber-sumber kehidupan untuk diri dan keluarga, jaminan kesehatan jika dibutuhkan, dan kepemilikan atas berbagai aset yang dapat menopang kehidupan.

"Kebetulan saya hanya melihat, membaca, dan mendengar dari berita. Belum turun langsung untuk melakukan penelitian lapangan. Namun, dapat saya simpulkan bahwa tidak semua warga menggunakan uang yang diterima secara konsumtif," katanya.

Menurut Endang, ada warga yang menggunakan uang yang didapat untuk investasi jangka panjang, seperti membeli tanah di daerah lain, mempersiapkan pendidikan anak, meningkatkan modal usaha, mempersiapkan hari tua, dan sebagainya.

Ada juga yang akan menggunakan sebagian uang yang diterima untuk memenuhi panggilan naik haji dan bahkan ada yang akan membangun TPA.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com