Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Sarapan Para Raja di Keraton Yogyakarta, dari Teh, Susu Cokelat hingga Gudeg

Kompas.com - 28/02/2021, 08:09 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Yogyakarta memiliki banyak daya tarik. Salah satunya adalah kehidupan di dalam Keraton Yogyakarta.

Di Keraton Yogyakarta, para raja memiliki tradisi sarapan yang berbeda antara Sultan HB VIII, Sultan HB IX, dan Sultan HB X.

Berikut tradisi sarapan para raja di Keraton Yogyakarta yang dijelaskan di Buku Kuliner Yogyakarta, Pantas Dikenang Sepanjang Masa yang ditulis Murdijati Gardjito DKK.

Baca juga: Bregodo Jogo, Prajurit Keraton Yogyakarta Sejak Hamengkubowono I

Teh, coklat susu hingga telur rebus setengah matang

Hidangan sarapan untuk Sultan HB VII disajikan oleh tiga abdi dalem pada pukul 07.00 di Njamban dekat dengan Ngindrakila.

Hidangannya cukup sederhana. Yakni minuman teh atau susu cokelat dan rokok. Serta ditambahkan roti sobek dan kue kering atau mete.

Makanan tersebut dibawa abdi dalem dari Pawon Gondokusuman menuju Patehan Kraton sebelum dibawa ke Ngindrakila secara beriringan.

Di bagian depan, abdi dalem yang membawa minuman dan abdi dalem terakhir membawa roti.

Baca juga: Peringati Sumpah Pemuda, Keraton Yogyakarta Luncurkan Gendhing Gathi Taruna dan Bhinneka

Sementara itu itu sarapan untuk Sultan HB IX adalah telur rebus setengah matang dengan tambahan garam dan merica serta nasi gudeg.

Untuk minumannya adalah teh hangat dan gula batu. Di atas baki disediakan wijikan karena saat makan Sultan HB menggunakan tangan tanpa memakai sendok.

Pada masa Sultan HB X, menu sarapan ditentukan oleh sang istri. Biasanya yang disajikan adalah telur rebus, roti, dan pisang rebus dengan teh atau kopi.

Baca juga: Tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta Ditiadakan karena Pandemi

Makan dengan piring besar

Abdi Dalem saat persiapkan Garebeg Besar, Jumat (31/7/2020)Kompas.com/Wisang Seto Pangaribowo Abdi Dalem saat persiapkan Garebeg Besar, Jumat (31/7/2020)
Dijelaskan saat menunggu sarapan dihidangkan, Sultan HB IX akan duduk sambil lesehan di bawah.

Ia akan dilayani oleh istri dan dibantu oleh para bedhaya. Mereka membawa makanan dan minuman ke gedung Jene dengan laku ndodhok.

Sultan biasanya akan makan dengan dengan piring berukuran besar. Piring tersebut dipenuhi semur terung, sayur lodeh, dan tempe garit.

Porsi yang cukup besar tersebut nantinya akan dibagikan kepada para putra dan klangenan dalem sampai para keparak atau pembantu.

Makanan dari piring Sultan akan di ditempatkan dalam besi atau tempat sayur yang berbentuk bulat lonjong yang terbuat dari porselen.

Baca juga: Keraton Yogyakarta Ragu dengan Jumlah Emas Diklaim Trah HB II Telah Dijarah Inggris

Kebiasaan minum teh

Tradisi minum teha sudah ada sejak dulu. Keraton Yogyakarta adalah pusat kebudayaan yang memiliki bangunan yang digunakan untuk mempersiapkan minuman Sultan.

Abdi dalem keraton yang menbuat minuman untuk raja disebut Gedong Patehan. Mereka menyajikan minuman untuk Sultan salah satunya adalah teh wangi.

Minuman disajikan di dapur Gedong Patehan dan air direbus dengan anglo serta ceret biasa.

Baca juga: Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Keraton Yogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com