Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiperaktif, Bocah 9 Tahun Penyandang Disabilitas Diikat ke Pohon dan Dikurung Dalam Rumah

Kompas.com - 28/02/2021, 07:55 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

Jaya seringkali harus menjelaskan keadaan Ruslan yang tidak seperti bocah normal pada umumnya.

Dia juga mencari asal jajan atau minuman kaleng yang diambil Ruslan untuk membayarnya dan meminta maaf pada pemilik warung.

Kondisi Ruslan membuat Jaya tak bisa berbuat banyak. Saking hiperaktifnya, ia harus menguatkan hati untuk mengikat Ruslan ke pohon, mengurungnya dalam gubuk, atau mengikat tali panjang dengan simpul mati ke kakinya, agar Ruslan tak lepas dari penjagaannya.

‘’Kalau saya tidur, saya buat simpul mati, saya ikat talinya di kaki Ruslan, simpul satunya saya ikatkan di kaki atau tangan saya, begitu dia mencoba lari jauh, saya pasti bangun karena pengaruh tali itu kan,’’lanjutnya.

Baca juga: Diduga Cabuli Bocah 6 Tahun, Pelajar SMP Ditangkap dan Rumahnya Dirusak Massa

Demi amanah, Jaya telan hinaan orang dan hanya bersabar

Jaya menceritakan, tidak terhitung berapa kali menelan hinaan dan caci maki orang akibat ulah Ruslan, namun ia lagi lagi hanya bisa mengucapkan maaf dan menjelaskan keadaan Ruslan.

Ia menceritakan bahwa Ruslan merupakan anak adiknya yang bermasalah dalam rumah tangga, sehingga menyerahkan sepenuhnya hak asuh Ruslan yang saat itu masih berusia dua tahun. Kebetulan saat itu, ia juga tengah menduda.

‘’Sekitar tujuh tahunan saya asuh dia, waktu kecil sering jatuh dia (Ruslan) dari ayunan, kepalanya sering terbentur, beberapa kali saya bawa berobat kampung, ke orang pintar tidak juga bisa sembuh, namanya amanah, mau diapa?,’’katanya.

Jaya juga tidak tega memasukkan Ruslan ke sekolah dalam kondisi demikian. Ruslan tidak memiliki kemampuan layaknya anak normal sebayanya, ia masih buang air besar maupun buang air kecil di celana.

‘’Kalau saya kasih pulpen atau pensil, saya takut dia tusuk-tusuk ke kepala atau mata, nah setiap hari dia benturkan kepalanya dan dipukul pukulnya, kasihan sekali,’’imbuhnya.

Keluarga Jaya yang tadinya menampungnya bersama Ruslan juga sering protes karena Ruslan selalu kencing dan buang air besar sembarangan di dalam rumah.

"Saya ini sekarang tinggal di pos ronda, jadi gubuk yang saya tempati ini tadinya pos ronda, saya tutup papan papan bekas yang saya dapat, tidak masalah asal bisa membesarkan Ruslan,"katanya tegas.

Jaya khawatirkan masa depan Ruslan

Abdul Jaya tidak takut tak bisa memberi makan Ruslan. Sejak dulu, ia hanyalah kuli bangunan, demi memberi makan Ruslan, ia sering meminjam uang pada teman temannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com