Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Kue Batang Buruk, Saksi Perjalanan Cinta Sang Putri Kerajaan Bintan

Kompas.com - 28/02/2021, 07:08 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Saat bertandang ke Provinsi Kepulauan Riau, jangan pernah melewatkan untuk mencicipi kue batang buruk.

Kue batang buruk memiliki rasa yang lezat dan biasanya disajikan pada acara khusus termasuk saat lebaran.

Kue yang ditemui di Bintan dan Tanjungpinang ini dibuat dari tepung gandum dan campuran tebung beras dan kelapa.

Setelah diolah, bagian dalam ke akan dimasukkan campuran serbuk kacang hijau, gula halus, dan susu bubuk. Rasanya tentu gurih dan juga manis.

Baca juga: Kolam Renang di Bintan, Kepulauan Riau Ini Luasnya Setara 50 Kolam Renang Olimpiade

Kisah putri Bintan yang patah hati

Ternyata pembuatan kue batang buruk memiliki sejarah yang panjang. Kue tersebut dikenal sejak 4 abad yang lalu dan pembuatannya diwariskan secara turun temurun.

Dikutip dari laman kemendikbud.go.id, kue tersebut diciptakan oleh Wan Sinari putri sulung Baginda Raja Tua yang memerintah Kerajaan Bintan pada 450 tahun yang lalu.

Sang putri, Wan Sinari memendam cinta pada seorang pemuda yang bernanam Raja Andak yang bergelar Panglima Muda Bintan.

Baca juga: Di Tengah Pandemi, Bintan Ekspor Olahan Kelapa ke Bangladesh, India dan Jerman

Sayangnya cinta Wan Sendari bertepuk sebelah tangan. Sang pemuda memilih cinta Wan Inta, adik kandung Wan Sinari.

Untuk mengusir kesedihannya, Wan Sinari menyibukkan diri di dapur bersama dayang-dayang istana. Ia kemudian membuat sebuah kue yang unik yakni jika digigit, maka kuenya akan hancur berderai.

Setelah kue tersebut selesai dibuat, Wan Sinari memohon kepada ayahandanya agar kudapan tersebut disajikan untuk tamu dan pembesar kerajaan.

Baca juga: Desa Wisata Anculai di Bintan, Salah Satu Desa Wisata Terbaik di Indonesia

Baginda Raja Tua tak menolak. Kue buatan Wan Sinari disajikan pada tamu dan pejabat yang berkumpul di istana.

Di antara para tamu, salah satunya adalah Raja Andak, lelaki idaman Wan Sinari.

Para tamu pun mencicipui kue buatan Wan Sinari untuk pertama kali. Namun sebagian besar dari mereka merasa malu, karena saat kue tersebut digigit, serpihan kue jatuh dan mengotori pakaian kebesaran mereka.

Hanya Raja Andak yang tak terkecoh. Saat makan kue tersebut, tak ada serpihan yang jatuh di pakaiannya.

Baca juga: 796 TKA di Bintan Telah Kembali ke China

Dari peristiwa tersebut, maka kue buatan Wan Sinari diberi nama kue batang buruk.

Dari filosofi “biar pecah dimulut jangan pecah di tangan” menggambarkan bagaimana seseorang bangsawan mempunyai etika pada saat makan. Tak terkecuali saat sedang mencicipi sebuah penganan.

Digambarkan, jika seseorang bangsawan terburu-buru dan ceroboh ksaat makan atau mencicipi penganan, maka mencermikan betapa buruknya tingkah laku bangsawan tersebut.

Hal tersebut menjadi pesan bijak dari sebuah penganan kalangan bangsawan melayu yang bernama kue batang buruk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kemdikbud
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com