Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Usul Semarang, "Venetia van Java" dan Cerita Raden Pandan Arang

Kompas.com - 27/02/2021, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terkejut saat mendengar kabar kantornya terendam banjir.

Ia mengatakan walaupun hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Kota Semarang, kantornya tidak pernah kebanjiran.

"Impossible, mosok kantor gubernur banjir, ini agak aneh. Saya tanya BMKG, hujannya cukup lebat, saya minta cek air kirimannya dari mana," kata Ganjar saat memantau kondisi kantornya, Selasa (23/2/2021).

Baca juga: Jelang Pelantikan Wali Kota Semarang, Pedagang Bunga Banjir Pesanan

Tak hanya kantor Gubenrnur Jateng, kawasan Simpang Lima Semarang dan sejumlh jalan protokol juga terendam banjir hingga mencapai lutut orang dewasa.

Bahlan polisi sempat menutup sementara Jalan Pahlawan hingga Simpang Lima karena genangan air terpantai cukup tinggi. Arus lalu linta pun dialihkan untuk mengurangi kemacetan.

Baca juga: Ganjar Soal Banjir di Semarang: Kalau Mau Menyalahkan, Salahkan Saya

Venetia van Java dan cerita Raden Pandan Arang

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam Peringatan Ulang Tahun Provinsi Jawa Tengah ke-69 di Simpang Lima Semarang, Rabu (15/8/2019)Dok. Humas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam Peringatan Ulang Tahun Provinsi Jawa Tengah ke-69 di Simpang Lima Semarang, Rabu (15/8/2019)
Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah dan termasuk lima kota terbesar di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Kota Semarang memiliki beberapa julukan. Salah satunya adalah Venetia van Java atau Venesia dari Jawa karena banyak sungai yang melintas di tengah kota seperti Vensia di Italia.

Selain itu, Kota Semarang juga dijuluki sebagai The Port of Java atau pelabuhannya Jawa yang pernah menjadi slogan untuk pemasaran pariwisata Kota Semarang.

Dikutip dari Buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempoe Doeloe yang disusun oleh Zaenuddin HM, diceritakan asal muasal nama Semarang.

Baca juga: Sejumlah Pemukiman Warga dan Ruas Jalan di Kota Semarang Masih Terendam Air

Diceritakan pada abad 16, seorang pangeran dari Kesultanan Demak, Made Pandan yang pergi untuk mencari daerah baru untuk menyebarkan ajaran agama Islam.

Tiba lah ia di sebuah daerah Bergota. Dibantu anaknya yang bernama Raden Pandan Arang, Mada Pandan mendirikan pesantren.

Daerah Bergota semakin subur dan tumbuhlah pohon asam yang tumbuhnya arang (jarang). Lalu daerah tersebut disebuh Asem Arang (asam jarang) dan lama kelamaan dikenal dengan sebutan Semarang.

Baca juga: Stasiun Semarang Tawang Masih Banjir, Belum Bisa Layani Penumpang

Terbentuk dari gugusan pulau

Museum Lawang Sewu SemarangKOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Museum Lawang Sewu Semarang
Cikal bakal Kota Semarang diawali pada abad ke-8. Wilayahnya Kota Semarang pada masa lalu bernama Pragota (Bergota) dan menjadi bagian dari Kerajaam Mataram Kuno.

Kala itu, Pragota adalah sebuah pelabuhan dengan gugusan pulau-pulau kecil. Karena adanya pengendapan, maka gugusan pulau kecil tersebut menyatu dan membentuk daratan baru yang diperkirakan berada di bagian Semarang Bawah.

Di Pelabuhan Simongan, Laksamana Cheng Ho bersandar sekitar tahun 1405.

Baca juga: Jateng di Rumah Saja, Lawang Sewu dan Museum KA Ambarawa Tutup

Pendiri desa di wilayah tersebut memiliki gelar Kyai Ageng Pandan Arang I dan dilanjutkan oleh anaknya yang bergelar Pandan Arang II dan dikenal sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran).

Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang tumbuh dan berkembang pesat.

Pada 2 Mei 1547, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 954 H, Semarang dijadikan setingkat kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya dari Pajang setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga.

Sejak saat itu, 2 Mei ditetapkan sebagai jari jadi Kota Semarang.

Baca juga: Operasional Stasiun Semarang Tawang Lumpuh karena Kebanjiran

Kota Semarang terus tumbuh dan menjadi salah satu kota tujuan wisata. Salah satunya adalah Lawang Sewu yang dulunya pernah dijadikan sebagai stasiun kota dan tempat untuk menyiksa tahanan Belanda.

Termasuk juga Kota Lama Semarang yang menyuguhkan bangunan kuo yang terawat bagus serta Museum Ronggowarsito yang memiliki koleksi boneka Nini Thowok dan Boneka Jelangkung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com