Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mumpung Harga Cabai Rawit Rp 90.000 Per Kg, Petani Beramai-ramai Memanen meski Belum Matang

Kompas.com - 25/02/2021, 18:43 WIB
Asip Agus Hasani,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Petani cabai rawit di Blitar Selatan memanen cabai rawit mereka meskipun belum matang.

Mereka memanfaatkan momen harga cabai khususnya cabai rawit yang sedang mahal.

"Belum waktunya sebenarnya. Umur tanaman cabai kami baru sekitar tiga sampai empat bulan. Mumpung harga sedang tinggi," ujar Sugeng, petani di Dusun Krajan, Desa Birowo, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, Kamis (25/2/2021).

Baca juga: Tabungan 5 Nasabah BRI Tiba-tiba Terkuras, dari Investigasi Ternyata Korban Skimming

Di pengepul cabai setempat, cabai rawit hijau dihargai Rp 30.000 per kilogram.

Sugeng menanam cabai di lahan sekitar setengah hektar dengan hasil panen cabai rawit hijau sekitar 20 kg sekali panen. Petani biasa memanen cabai sekali dalam sepekan.

Baca juga: Ini Awal Mula Ardi Dipenjara gara-gara Pakai Uang Rp 51 Juta Salah Transfer BCA

Petani lainnya, Joko Nuryanto, mengaku sudah bisa memanen cabai rawit matang yang sudah berwarna merah karena dia memulai masa tanam sekitar sebulan lebih awal dari petani lainnya.

Joko mengatakan, cabai rawit miliknya dihargai Rp 75.000 per kilogram di pengepul setempat.

Baca juga: Kisah Sukses Petani Cabai di Sidodadi Ramunia, Panen 25 Ton Per Hektar meski Cuaca Tak Menentu


Dengan luas lahan sekitar 700 meter persegi dan 3.500 pohon cabai rawit, Joko bisa memanen 5 kg cabai per pekannya.

"Petani tadah hujan di Blitar Selatan ini memang punya waktu tanam serentak. Waktu tanamnya ditentukan oleh alam. Begitu hujan datang, semua petani akan memulai menanam," ujar Joko yang juga pengelola badan usaha milik desa (Bumdes) di Birowo.

Joko mengaku beruntung karena cabai rawit miliknya sudah memerah ketika harga cabai sedang mahal.

Hal itu berkat jerih payahnya menimba air dari sumber mata air yang terletak sekitar 100 meter dari lahannya.

Hanya ada segelintir petani di Desa Birowo yang bisa mencuri start menanam cabai rawit lebih awal.

Harga

Harga cabai rawit di musim panen tahun lalu, antara Juli hingga September, sempat menyentuh harga terendah Rp 6.000 di tingkat petani dan Rp 10.000 di pasar.

Harga cabai rawit terus merangkak naik sejak Desember 2020 yaitu diharga Rp 30.000 per kg di pasar.

Kini, sudah sekitar sepekan harga cabai rawit di pasar bertahan di harga Rp 90.000 per kg dan di tingkat petani Rp 75.000 per kg.

Untuk cabai rawit hijau di tingkat petani, harga berada di kisaran Rp 30.000 per kg.

Tadah hujan

Seperti halnya di lahan tadah hujan yang lain termasuk sebagian besar wilayah Blitar Selatan, ketika musim hujan tiba, para petani serentak memulai bercocok tanam.

Mereka biasanya menanam dengan pola tumpang sari. Salah satu jenis tanaman yang selalu ikut ditanam adalah cabai rawit.

Joko mengatakan, jarang sekali petani dengan lahan tadah hujan seperti di desanya bernasib baik yaitu mengalami musim panen di saat harga sedang tinggi.

Alasannya, petani tadah hujan memulai bercocok tanam serentak, ditentukan waktunya oleh datangnya hujan.

Akibatnya, masa panen pun akan serentak sehingga sulit sekali harga bisa bertahan tinggi di musim panen.

"Tahun lalu harga cabai rawit Rp 6.000 per kilogram di pedagang pengepul di masa panen raya, sekitar Juli dan Agustus," jelas Joko.

Joko berharap agar harga petani cabai rawit di Blitar masih mendapatkan harga yang bagus di masa panen raya yang diperkirakan akan tiba sekitar 1,5 bulan atau 2 bulan lagi.

"Petani cabai mungkin akan ketemu harga bagus pada musim panen tahun ini karena bertepatan dengan bulan puasa dan hari raya Idul Fitri," ujarnya.

Desa cabai

Kabupaten Blitar adalah salah satu pemasok cabai terbesar, termasuk cabai rawit bersama Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Kediri.

Di kabupaten ini, pasokan cabai terbesar berasal dari wilayah selatan, termasuk Desa Birowo.

Desa Birowo di Kecamatan Binangun, terletak sekitar 35 kilometer arah selatan-timur dari Kota Blitar.

Desa ini merupakan salah satu desa di wilayah Blitar bagian selatan yang menjadi sentra penghasil cabai dan tanaman hortikultura lainnya.

Sementara Kecamatan Binangun merupakan satu dari empat kecamatan sentra utama penghasil cabai di Blitar.

Tiga kecamatan lainnya adalah Kecamatan Wonotirto, Kecamatan Panggungrejo, dan Kecamatan Wates.

Semuanya berada di wilayah Blitar bagian selatan yang mayoritas lahan pertaniannya adalah lahan tadah hujan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Blitar Nuryono Dharul Yuanda mengatakan, terdapat lahan sekitar 3.300 hektar di wilayah selatan Blitar yang menghasilkan cabai.

Di tengah kenaikan harga cabai rawit, mayoritas tanaman cabai petani di Blitar belum memasuki masa panen.

"Tapi sejak beberapa hari lalu petani cabai di sentra-sentra cabai rawit memanen dini cabai mereka. Alasan utama karena harga sedang tinggi," ujarnya.

Berdasarkan catatan Dinas Pertanian, produksi cabai rawit dari Kabupaten Blitar sepanjang bulan Januari lalu berjumlah 43,9 ton.

Jumlah ini jauh di bawah puncak-puncak panen di bulan Juli hingga September tahun lalu.

Tahun lalu, produksi cabai rawit dari Kabupaten Blitar sebesar 270,4 ton pada Juli, 450,1 ton bulan Agustus, dan 89,5 ton bulan September.

Bagi petani seperti Joko Nuryono dan Sugeng, memanen cabai rawit mereka saat ini dianggap sebagai salah satu cara mendapatkan hasil yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com