CIANJUR, KOMPAS.com – Ribuan warga di dua kampung di Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terisolasi akibat akses jalan terputus.
Rusaknya jalan penghubung antar-desa tersebut akibat bencana longsor dan pergerakan tanah yang terjadi sejak dua pekan terakhir.
Warga yang tinggal di Kampung Tajur dan Garung itu pun terpaksa menggunakan jalan setapak dan pematang sawah untuk beraktivitas.
Bahkan, berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi kejadian, Rabu (24/2/2021), sejumlah warga terlihat meniti tepian tebing yang telah tergerus, untuk melintas.
Baca juga: Tanah Bergerak di Cianjur, Jalan Putus dan Belasan Rumah Terdampak
Selain itu, warga juga ada yang tetap memaksakan diri melewati jalan yang rusak tersebut kendati kondisi tanahnya masih labil.
“Mau bagaimana lagi, soalnya ini jalan utama warga untuk bepergian,” kata Isah (55), seorang warga Kampung Garung kepada Kompas.com, Rabu.
Isah menyebutkan, saat ini kondisi jalan sudah tidak bisa dilalui kendaraan, sehingga warga yang terdampak terpaksa harus jalan kaki jika ingin bepergian ke luar kampung.
“Motornya disimpan di sana lalu disambung lagi di sini, karena tidak bisa dilalui lagi jalannya,” ujar dia.
Menurutnya, warga sebenarnya bisa menggunakan jalur alternatif lewat Parukoteng. Namun, kondisinya tak lebih baik.
“Jaraknya juga jauh karena harus memutar. Jalannya juga sempit, tidak bisa berpapasan kalau pakai motor,” kata Isah.
Selain menghambat aktivitas, sambung Eneng (25), warga juga mengalami kesulitan untuk mendistribusikan hasil bumi.
Karenanya, ia berharap pemerintah segera memperbaiki kondisi jalan agar warga bisa kembali beraktivitas dengan normal.
“Mudah-mudahan saja segera diperbaiki jalannya. Soalnya, sudah dua minggu kondisinya seperti ini,” ucap Eneng.
Sementara itu, Kepala Desa Batulawang Nanang Rohendi menyebutkan, jalan yang rusak akibat ambles dan tergerus material longsor itu berada di Kampung Sindanglangu.
“Warga yang terdampak, yang biasa mengakses jalan itu ada seribuan lebih. Saat ini, mereka bisa dibilang terisolasi,” kata Nanang saat ditemui Kompas.com di kantor desa, Rabu.