Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Risalianus, Bocah Kelas 6 SD Berkebun untuk Hidupi Ayah yang Lumpuh dan Ibu Bisu

Kompas.com - 24/02/2021, 16:34 WIB
Markus Makur,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Risalianus Aja (12), bocah kelas 6 SDI Sopang Rajo, Kampung Kota Tunda, Desa Nanga Meje, Kecamatan Elar Selatan, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, begitu setia merawat ayah dan ibunya yang mengalami sakit.

Ibunda Risalianus, Wihelmina Mbi mengalami lumpuh dan bisu sakit sejak 2016, pasca- melahirkan anak bungsunya.

Sedangkan sang ayah, Benediktus Poseng (49) mengalami lumpuh sejak 2019.

Baca juga: Pagi Hari Uang di Tabungan Rp 13 Juta, Besoknya Tiba-tiba Terkuras, Tersisa Rp 500.000

Update: Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban penderitaan kisah ini dengan cara berdonasi klik disini.

Kini, Wihelmina dan Benediktus hanya bisa terbaring di rumah mereka.

"Istri saya itu mulai sakit saat melahirkan anak bungsu kami. Saat itu dia pingsan. Dia sempat dirawat di RSUD Ruteng selama tiga minggu," ujar Benediktus kepada Kompas.com, Sabtu (20/2/2021).

Benediktus mengatakan, istrinya mengalami lumpuh dan bisu setelah kembali dari rumah sakit.

Baca juga: Kisah Bayi Nur, Dibuang, Tak Diinginkan Ayah dan Ibu, Kini Diperebutkan 14 Orangtua untuk Diadopsi

Lidah Wihelmina seperti tertarik ke dalam, sehingga dia tidak bisa berbicara.

"Kalau saya, awalnya itu saya rasa nyilu di tulang. Kemudian kaku dan tidak bisa jalan," ucapnya.

Menurut Benediktus, ia tiba-tiba mengalami sakit dan langsung lumpuh saat pulang dari kebun.

Baca juga: Kisah Pasutri di Malang Punya 16 Anak, Ingin Dapat Laki-laki Lahirnya Perempuan, Akhirnya Keterusan

Setelah dirinya mengalami sakit, Risalianus, putra sulung mereka yang bertanggung jawab mengurus rumah tangga.

"Dia yang urus makan, minum, dan membersihkan kotoran kami," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Pulang sekolah dan hari-hari libur. Setelah dia urus makan untuk kami, dia ke sawah atau ke kebun. Hasilnya itu supaya kami bisa makan dan beli kebutuhan sehari-hari," ujar dia.

Keluarga ini memiliki kebun yang ditanami kopi dan kemiri. 

Sedangkan tanaman padi di sawah biasa panen dua kali dalam setahun. Namun, hasil panen yang didapat tidak menentu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com