Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prameks Pindah Trayek, Ini Kata Para Penglaju

Kompas.com - 24/02/2021, 14:53 WIB
Maria Arimbi Haryas Prabawanti,
A P Sari

Tim Redaksi

SURAKARTA, KOMPAS.com – Suara klakson kereta terdengar kencang menyambut para penumpang Prameks di Stasiun Balapan Solo.

"Kereta Api (KA) Prameks dengan tujuan Solo-Yogyakarta masuk melalui jalur dua," kata launcher atau pemberi informasi dari pengeras suara, Selasa (9/2/2021).

Mendengar pemberitahuan tersebut, beberapa penumpang tampak bergegas ke pintu masuk peron KA sambil menunjukkan tiket versi kertas maupun digital kepada petugas, sebelum naik ke kereta.

Namun, berbeda dengan biasanya. Pagi itu, suasana stasiun terlihat lebih ramai karena banyak penglaju Solo-Yogyakarta yang ingin menggunakan Prameks untuk terakhir kalinya, sebelum digantikan kereta rel listrik (KRL).

Salah satu penumpang penglaju Solo-Yogyakarta, Widodo mengungkapkan, perjalanannya menaiki Prameks di hari terakhir beroperasi terasa berbeda.

Baca juga: Komunitas Pramekers, Tetap Eksis meski Prameks Telah Berganti KRL

“Terasa berbeda, karena setelah ini, trayek Prameks diganti menjadi Yogyakarta-Kutoarjo saja,” kata Widodo (45) yang sehari-hari tinggal di Maguwo dan bekerja di Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo.

Widodo yang sudah sepuluh tahun menjadi pengguna setia Prameks menceritakan jika transportasi yang digerakkan dengan mesin diesel itu telah banyak membantunya menjangkau lokasi kerja yang jauh dari rumah.

“Kurang lebih 63 kilometer (km) dari rumah ke kantor. Kalau berangkat jam 06.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), perjalanan kurang lebih dua jam, sampai kantor pas jam delapan,” ujarnya.

Selain lebih cepat, menurut Widodo, dengan menaiki Kereta Api Prameks, perjalanannya menjadi lebih santai dan tidak melelahkan.

Tidak hanya itu, Widodo merasa Prameks menjadi saksi bisu perjuangannya dalam mencari nafkah sehari-hari.

Baca juga: Melepas Laju Terakhir KA Prameks Usai 27 Tahun Bertugas di Solo-Yogya

Pasalnya Prameks telah berjasa mengantarnya untuk melamar kerja di UTP pada 2000. Tempat yang kini menjadi sandaran bapak anak satu ini dalam mendapat penghasilan.

“Pulang kerja, di kereta biasanya saya sambil merenungi berbagai kegiatan. Terasa sekali lelah, sedih, senang di kantor sembari istirahat. Begitu sampai di rumah sudah segar lagi," kenangnya.

Mengetahui Prameks berhenti beroperasi, Widodo mengaku sedih. Baginya, Prameks telah memberikan banyak memori berharga.

“Saya sudah merasakan juga pengalaman lainnya, mulai ketinggalan kereta, kehabisan tiket dan berkenalan dengan sesama penglaju,” ujarnya.

Widodo mengatakan, jika ketinggalan kereta atau kehabisan tiket, ia terpaksa menunggu jadwal keberangkatan Prameks berikutnya. Namun, jika terlalu malam, ia biasanya menginap dahulu di rumah temannya yang tinggal di Solo.

Baca juga: KA Prameks 27 Tahun Layani Solo-Yogyakarta PP, Pramekers Beri Penghormatan di Perjalanan Terakhirnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com