Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi, Para Ibu Pun Takut Memeriksakan Anaknya ke Posyandu

Kompas.com - 24/02/2021, 13:13 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 menghambat program Posyandu, yang memberikan pelayanan kesehatan penting bagi ibu dan anak di daerah. Hal ini, ditambah dampak ekonomi dari pandemi, diperkirakan meningkatkan kasus anak kerdil alias stunting di Indonesia.

Pada Kamis (11/2/2021), Posyandu Mawar di Kelurahan Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, kembali dibuka setelah hampir setahun tutup. Bulan Februari adalah jadwal pemberian vitamin A untuk anak balita.

Posyandu dibuka sejak pukul 08:00 WIB di Balai Pertemuan RW dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Selain diberi vitamin A, anak-anak balita juga ditimbang berat badannya serta diukur tinggi badannya, lingkar kepala, dan lengan atasnya.

Baca juga: Duduk Perkara 4 Ibu Ditahan dan Bawa Balita ke Penjara, Bermula Bau, Lempari Atap Pabrik Tembakau

Para orang tua, mayoritas kaum ibu, tampak antusias membawa anak-anak mereka ke Posyandu. Mereka dilayani oleh 12 kader PKK yang kompak memakai baju merah dan kerudung hijau.

Salah seorang ibu yang datang ke Posyandu adalah Rike Isnawati. Perempuan berusia 24 tahun itu melahirkan dua anak kembar selama pandemi. Ia mengaku baru pertama kali ini datang ke Posyandu.

Sewaktu hamil, ia mengecek kesehatan diri dan janinnya dengan datang ke dokter di rumah sakit yang jaraknya lumayan jauh dan ongkosnya mahal. Akibatnya, ia hanya periksa ke dokter saat waktu imunisasi.

Baca juga: Balita Dibawa Ibunya ke Penjara, Kementerian PPPA Usulkan Penangguhan Penahanan

Posyandu Mawar di Kecamatan Rancasari, Kota Bandung kembali dibuka setelah hampir setahun tutup. Selama itu, pengawasan dilakukan kader Posyandu dengan berkunjung dari rumah ke rumah.Yuli Saputra Posyandu Mawar di Kecamatan Rancasari, Kota Bandung kembali dibuka setelah hampir setahun tutup. Selama itu, pengawasan dilakukan kader Posyandu dengan berkunjung dari rumah ke rumah.
Setelah melahirkan, kata Rike, pemantauan berat badan anak-anak balitanya ia lakukan sendiri.

"Paling di timbangan yang besar sama aku ditimbangnya. Nah nanti nggak bawa bayi, berapa aku kiloannya. Nanti dikurangi," ujarnya.

Saat kegiatan Posyandu tidak berjalan, ibu muda itu mengaku sempat merasa khawatir bila tumbuh-kembang anaknya tidak terpantau dengan baik.

"Kalau ada kekhawatiran, paling searching di Google. Tidak ada yang bisa ditanya, diajak komunikasi," ungkapnya.

Baca juga: Empat Ibu Ditahan Bersama Dua Balita, Pimpinan Komisi III Ingatkan Soal Kemanusiaan

Ketua Posyandu Mawar Kelurahan Derwati, Teti Sulastri, mengatakan selama kegiatan Posyandu tidak bisa dilaksanakan karena pandemi. Pemantauan ibu hamil dan anak balita dilakukan melalui grup RT.

Di setiap RT, ada dua kader Posyandu yang senantiasa mengingatkan para ibu untuk menimbang berat badan anak-anaknya.

Jika ada laporan tentang anak yang tinggi atau berat badannya kurang, mereka akan datang ke rumahnya untuk memeriksa.

Baca juga: Cerita Pecatan TNI dan Temannya Culik Balita, Ketakutan lalu Mengembalikan ke Orangtua, Ini Penyebabnya

Di setiap RT, ada dua kader Posyandu yang senantiasa mengingatkan para ibu untuk menimbang berat badan anak-anaknya. Jika ada laporan tentang anak yang tinggi atau berat badannya kurang, mereka akan datang ke rumahnya untuk memeriksa. Antara Foto Di setiap RT, ada dua kader Posyandu yang senantiasa mengingatkan para ibu untuk menimbang berat badan anak-anaknya. Jika ada laporan tentang anak yang tinggi atau berat badannya kurang, mereka akan datang ke rumahnya untuk memeriksa.
Pada September, kata Teti, para kader Posyandu memberikan obat cacing kepada anak-anak usia satu hingga 12 tahun dengan datang dari pintu ke pintu.

Teti mengakui bahwa tidak semua ibu dan anak bisa terpantau saat kunjungan door-to-door. Hambatannya banyak.

"Kalau ada orang baru, dia ada di rumah, anak-anak tidak dikeluarkan, seperti apa di dalam kita nggak tahu," ungkapnya.

Pandemi Covid-19 telah menghambat program Posyandu di banyak daerah di Indonesia.

Baca juga: Komnas HAM Kritik Penahanan 4 Perempuan bersama Balita Terkait Sengketa Pabrik Tembakau

Menurut survei Kementerian Kesehatan terhadap lebih dari 4.600 Puskesmas pada penghujung 2020, sebanyak 43% Puskesmas tidak melaksanakan Posyandu.

Namun demikian, lebih dari 60% tetap melakukan kunjungan ke rumah untuk pemeriksaan ibu hamil dan balita.

Plt. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat di Kementerian Kesehatan, dr. Kartini Rustandi, mengatakan pemerintah telah membuat pedoman untuk melaksanakan Posyandu di masa pandemi. Namun angka kunjungan ke Posyandu tetap berkurang.

"Tidak semua keluarga berani membawa anaknya untuk datang ke Posyandu," ujar Kartini.

Baca juga: 4 Ibu Ditangkap karena Lempar Atap Pabrik, Suami: Anak Balita Saya dan Ibunya Dipenjara

Padahal, Posyandu memainkan peran penting dalam pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak selama 1.000 hari pertama kehidupan.

Ini krusial dalam pencegahan stunting, yaitu kondisi ketika tinggi badan anak lebih pendek dari anak-anak lain seusianya akibat kekurangan gizi.

Stunting tidak hanya berdampak pada perkembangan fisik anak tapi juga kognisi.

Maka dari itu, pemerintah menganggap prevalensi stunting berpotensi menyia-nyiakan bonus demografi di Indonesia yang mencapai puncaknya pada 2030.

Baca juga: Biasa Lihat Anak Saya yang Masih Balita di Rumah, Sekarang Dia Dipenjara Bersama Ibunya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com