Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Anak SD di Jambi, Olah Sampah Kulit Buah Jadi Cairan Pembersih Lantai

Kompas.com - 24/02/2021, 11:30 WIB
Suwandi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Anak-anak sekolah dasar di Jambi mengubah sampah kulit buah menjadi cairan pembersih lantai sekolah.

Pada momen peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada 21 Februari tahun ini, para siswa sekolah dasar negeri 149/VIII Muara Tebo Jambi membuat eco enzym.

Inovasi siswa ini untuk mengurangi sampah rumah tangga yang berpotensi mencemari udara dan lingkungan.

Langkah kecil ini untuk mengajarkan anak sejak dini, untuk peduli kebersihan lingkungan dan peduli sampah.

"Mereka perlu dibiasakan dalam mengelola sampah di lingkungan terdekat mereka," kata Siti Mariyani (40), guru sekolah dasar negeri 149/VIII Muara Tebo Jambi melalui pesan singkat, Sabtu (20/2/2021).

Kegiatan pembelajaran selama pandemi, kata Siti harus dibuat lebih bermakna, dengan mendorong anak-anak kreatif mengolah sampah.

Baca juga: Siswa SD di Semarang Mengolah Sampah Plastik Jadi Batu Bata

Manfaatkan sisa kulit buah

Terkait dengan kegiatan lingkungan hidup terutama pengolahan sampah, siswa diberikan proyek atau kegiatan yang bisa memanfaatkan sampah yang ada di rumah.

Kegiatan yang biasanya memanfaatkan sampah menjadi kompos dan karya kreasi lainnya sedikit terhambat karena pandemi dikarenakan siswa hanya belajar dari rumah dan interaksi yang sedikit.

Sedangkan kegiatan pembuatan kompos dan karya kreasi lainnya memerlukan waktu yang lama dan rumit untuk dilaksanakan di tengah pandemi saat ini.

Baca juga: Fakta Baru, 400 Ton Sampah Kota Serang Tak Terangkut, tapi Mau Terima 400 Ton Sampah Tangsel

Proyek olah sampah

Bagaimana agar kegiatan yang mengajarkan siswa tetap peduli sampah dapat berjalan?

Ibu Siti mengajak siswa membuat proyek dengan memanfaatkan sampah sisa kulit buah.

“Selama pandemi lebih banyak belajar dari rumah, sehingga praktik di sekolah menjadi berkurang dan hampir tidak ada. Sampah yang dihasilkan hanya berupa sampah organik dari tumbuhan sekitar rumah dan sampah rumah tangga,” kata Siti yang juga fasilitator Tanoto Foundation ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com