Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengungsi Intan Jaya di Tengah Konflik Bersenjata, Menangis Saat Ritual Rabu Abu di Pengungsian

Kompas.com - 22/02/2021, 13:30 WIB
Rachmawati

Editor

Polisi minta tak khawatir

Meski begitu, Kapolda Papua, Paulus Waterpau, membantah bahwa keamanan warga terancam dan meminta mereka untuk tak khawatir tinggal di kediaman masing-masing.

"Sebenarnya tidak usah khawatir masyarakat itu, karena jangan sampai dijebak oleh pihak yang sekarang menakut-nakutin masyarakat dengan isu-isu. Aparat kami ada di sana dan melakukan patroli," ujarnya.

Kapolda juga mengklaim ada pihak-pihak yang memutarbalikan fakta terkait tiga orang yang ditembak pasukan keamanan.

Mereka yang ditembak itu, lanjut Paulus Waterpau, bukan warga sipil, tapi anggota kelompok bersenjata.

Baca juga: Terancam, Warga Intan Jaya Mengungsi, Tokoh Agama: Segera Hentikan Konflik

Ia menambahkan kelompok yang disebutnya kriminal bersenjata itu tumbuh subur di Intan Jaya, salah satunya karena pemerintahan daerah yang tak aktif di sana.

Pemerintah Intan Jaya memang sering berkantor di Nabire dengan alasan sering diganggu kelompok bersenjata.

Menurut Paulus Waterpau, jika pemerintah daerah bisa lebih aktif berkomunikasi dengan warga, mereka bisa mencari solusi bersama-sama agar tidak lagi terjadi kekerasan di wilayah itu.

Baca juga: TNI Tewaskan 3 Anggota KKB yang Ingin Merebut Senjata di Intan Jaya

"Step by step. Tentu kalau kami TNI/Polri selalu melakukan pendekatan dengan mencoba membangun komunikasi dengan tokoh-tokoh, tapi ketika kami hadir dan dilakukan kekerasan dari mereka [kelompok bersenjata]... pasti kami tindak."

"Kan anggota kami banyak jadi korban, anggota kami lengah sedikit langsung dihantam," ujar Kapolda.

Baca juga: 1.000-an Warga Intan Jaya Mengungsi, Ini Tanggapan Pemprov Papua

'Dua pihak harus menahan diri'

Patroli keamanan di Intan Jaya diperketat usai penembakan warga sipil, Senin (08/02).Humas Polri Patroli keamanan di Intan Jaya diperketat usai penembakan warga sipil, Senin (08/02).
Peneliti masalah Papua dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Pamungkas, mengatakan saat ini kedua pihak—baik TNI/Polri maupun kelompok bersenjata—perlu bersama-sama menahan diri demi keselamatan warga sipil, apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Dia juga meminta aparat keamanan untuk melakukan pendekatan non-kekerasan, yakni dengan dialog.

"Banyak korban berjatuhan, baik di kalangan TNI, sipil, dan TPN OPM. Hendaknya pemerintah melihatnya Papua ke dimensi manusianya, aspek kemanusiaannya. Kalau semakin banyak korban, makin krisis kemanusiaan tidak selesai."

Baca juga: TNI Tewaskan 3 Anggota KKB yang Ingin Merebut Senjata di Intan Jaya

"Pemerintah seharusnya tidak melihat dari aspek keamanan tradisional tapi dari keamanan warga sipil," kata Cahyo.

Berdasarkan data Polda Papua, selama tahun 2020, KKB melakukan sedikitnya 49 aksi teror di tujuh kabupaten - terbanyak di Intan Jaya sebanyak 23 kali.

Dari aksi tersebut, total 17 orang tewas - 12 orang warga sipil, empat anggota TNI, dan satu polisi.

Baca juga: Takut Jadi Korban TNI Vs KKB, 1.000 Warga Intan Jaya Mengungsi ke Gereja

Kembali ke Nabire, Pastor Benyamin Sugiyatanggu Magay berharap masa Pra-Paskah ini membawa kedamaian bagi para warga Papua, khususnya warga Intan Jaya yang kini mengungsi.

"Semoga Pra-Paskah bisa mendatangkan keselamatan, kedamaian, secara iman, moril, psikologis," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com