Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengungsi Intan Jaya di Tengah Konflik Bersenjata, Menangis Saat Ritual Rabu Abu di Pengungsian

Kompas.com - 22/02/2021, 13:30 WIB
Rachmawati

Editor

Saat ini kebanyakan dari mereka, yang mengevakuasi diri ke Nabire, tinggal dengan sanak saudara. Meski begitu, menurut Pastor Benyamin, mereka sangat membutuhkan bantuan berupa makanan, minuman, juga obat-obatan.

Sebuah posko pengungsian sudah didirikan di paroki itu.

Seorang warga Mamba, Intan Jaya, Mepa, termasuk yang bertolak ke Nabire setelah mencari perlindungan ke Pastoran Gereja Katolik Santo Misael Bilogai di Intan Jaya.

Mepa mengatakan ia mengungsi sejak kondisi keamanan memanas pada Senin (15/2/2021) lalu.

Baca juga: Mencekam, Teror KKB Tiada Henti, Polisi Tetapkan Siaga 1 di Intan Jaya

Tiga orang, yang oleh warga disebut penduduk sipil, ditembak mati aparat keamanan di sebuah fasilitas kesehatan.

Namun, menurut TNI, mereka bukan warga sipil, melainkan bagian dari kelompok bersenjata yang menyerang aparat keamanan.

TNI mengatakan peristiwa itu terjadi saat pasukan mengejar kelompok bersenjata yang menembak anggotanya, Prada Ginanjar Arianda, hingga tewas.

Mepa menceritakan saat-saat menegangkan aparat keamanan mencari pasukan bersenjata, yang disebutnya Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di daerahnya.

"Saat itu, mereka TPN OPM sudah lari. Kami masyarakat yang [jadi] korban dalam keadaan itu. Maka saat itu pastor/paroki, dengan pemerintah, mereka arahkan kami ke pastoran," ujar Mepa pada wartawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Baca juga: Mencekam, Teror KKB Tiada Henti, Polisi Tetapkan Siaga 1 di Intan Jaya

'Masyarakat terlalu takut'

Lebih dari 600 orang dilaporkan masih menjadi pengungsi di Gereja Katolik St Misael Bilogai, Intan Jaya.

Salah satunya, pengungsi yang hanya mau diidentifikasi dengan nama Aita.

Ia menceritakan kondisi pengungsi yang disebutnya masih ketakutan karena penembakan itu.

"Tiga orang ditembak mati dan dikubur dekat pastoran. Masyarakat terlalu takut, tercekam, sakit hatinya. Mereka sangat sedih, sakit hati. Mereka ketakutan karena di sekitar jalan ini dipakai pasukan bertambah terus," ujarnya pada wartawan untuk BBC News Indonesia.

Dia mengatakan tak ada ibadah Pra-Paskah yang dilakukan warga Katolik di sana karena kondisi psikologis mereka yang belum tenang.

Ia menambahkan saat ini pengungsi sangat membutuhkan makanan, minuman, juga kebutuhan dasar lainnya.

Baca juga: Situasi Intan Jaya Mencekam, Polisi Sebut KKB Sudah Ada di Kota

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com