KOMPAS.com - Jumlah warga yang mengungsi di sebuah gereja Katolik di Bilogai, Intan Jaya, dan beberapa kabupaten tetangga di Papua dilaporkan meningkat di tengah eskalasi konflik antara pasukan TNI dan kelompok bersenjata.
Pada pekan pertama Februari, sekitar 600 orang dilaporkan sudah mengungsi ke gereja Katolik itu setelah seorang warga sipil diserang oleh kelompok bersenjata.
Alih-alih berkurang, jumlah pengungsi dikabarkan justru bertambah setelah seorang anggota TNI bernama Prada Ginanjar Arianda dibunuh kelompok bersenjata pada Senin (15/2/2021).
Peristiwa itu kemudian berujung pada ditembaknya tiga orang. Penduduk menyebut ketiga individu tersebut warga sipil. Namun TNI menuding mereka sebagai bagian dari kelompok bersenjata.
TNI/Polri meminta warga tak khawatir dengan rentetan peristiwa ini, seraya menegaskan bahwa pasukan mereka selalu berpatroli untuk melindungi masyarakat.
Bagaimanapun, bagi para warga setempat, yang mayoritas umat Katolik, masa Pra-Paskah kali ini terbilang "suram".
Baca juga: Teror KKB, Intan Jaya Berubah Mencekam, Polisi Tetapkan Siaga Satu
Pertengahan Februari adalah awal mula masa Pra-Paskah, masa ketika para umat Katolik menjalankan sejumlah ritual, seperti berpuasa dan pantang melakukan kebiasaan buruk.
Puncaknya adalah perayaan Paskah pada awal April mendatang.
Pada hari ritual yang disebut 'Rabu Abu' pekan lalu (17/2/2021), Pastor Benyamin melihat wajah umat dari Intan Jaya, yang disebutnya "suram".
Baca juga: Jaringan Telekomunikasi di Intan Jaya Terganggu 2 Hari Terakhir, Ini Alasannya...
"Di Paroki saya, jujur banyak wajah baru. Cara pembawaannya macam suram-suram. Mereka rindu merayakan di paroki mereka, tapi mereka merasa semacam ada yang kurang."
Ia pun melihat seorang ibu yang menangis.
"Ada mama-mama yang sempat nangis. [Dia katakan] kami rayakan ibadah di sini, tapi kami tinggalkan paroki kami, tinggalkan pastor [di Intan Jaya]".
"Saya bilang, 'Mama, ini situasi, tetapi lebih baik Mama menangis di hadapan Tuhan agar kedamaian bisa terwujud'. Masa-masa Pra-Paskah ini bagi orang Papua, khususnya Intan Jaya, benar-benar menantang mereka," kata Benyamin.
Baca juga: Konflik Senjata di Intan Jaya, Korban Jiwa Berguguran hingga Seruan Damai
Saat ini kebanyakan dari mereka, yang mengevakuasi diri ke Nabire, tinggal dengan sanak saudara. Meski begitu, menurut Pastor Benyamin, mereka sangat membutuhkan bantuan berupa makanan, minuman, juga obat-obatan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.