Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Asyik Ngobrol di Angkringan? Begini Asal-usulnya...

Kompas.com - 21/02/2021, 11:35 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Bagi masyarakat yang tinggal di Kota Solo, Yogyakarta dan Klaten, tak akan asing dengan angkringan.

Apabila anda bepergian di Kota Solo, angkringan juga sering disebut hik.

Tak jauh berbeda, angkringan atau hik adalah tempat kita bisa meluangkan waktu senggang dengan menikmati makanan ringan tradisional khas Yogyakarta, Solo dan Klaten.

Menurut Profesor Warto, sejarawan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, angkringan adalah simbol dari kebersamaan dalam keragaman masyarakat.

Baca juga: Angkringan dan Warung Tenda di Banyumas Diberi Kelonggaran hingga Pukul 22.00 WIB

Suasana egaliter atau kesetaraan sangat terasa di dalam angkringan.

"Angkringan tidak hanya sebagai institusi ekonomi saja, tetapi menggambarkan masyarakat komunal tanpa memandang posisi status sosial seseorang," katanya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (20/2/2021).

"Ketika seseorang masuk dan jajan di situ, ya kedudukannya sama, egaliter, inilah ciri masyarakat yang menjunjung tinggi komunalitas," tambahnya.

Angkringan dan sejarah

Angkringan menjadi salah satu tujuan wisata kuliner YogyakartaInstagram: @ilyasqadafi Angkringan menjadi salah satu tujuan wisata kuliner Yogyakarta

Sejarah awal munculnya pedagang angkringan sejatinya sulit untuk dilacak.

Namun, menurut salah satu Guru Besar UNS tersebut, pedagang sejenis angkringan sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.

Hal itu, menurutnya, berdasar dari keterangan dalam buku "History of Java" karya Raflles (1817).

"Kalau kita baca, Raffles menggambarkan, kebiasaan orang Solo atau masyarakat Jawa waktu itu adalah makan dua kali, siang dan sore. Lalu pada pagi hari saat berangkat ke sawah atau bekerja, mereka akan mampir ke warung atau penjual di pinggir jalan untuk sarapan atau ngopi," katanya.

Baca juga: Film Tilik yang Jadi Viral, Berawal dari Obrolan di Angkringan

"Lalu, secara sekilas sudah disebutkan bagaimana tumbuhnya pedagang sejenis angkringan yang menyediakan makanan ringan di waktu-waktu tertentu," katanya.

Namun demikian, menurutnya, untuk menjawab cikal bakal angkringan hingga masih sulit karena belum ditemukan sumber sejarahnya yang menjelaskan secara detail.

Secara garis besar, pedagang angkringan muncul di wilayah perkotaan didorong salah satunya faktor ekonomi.

Berjualan angkringan, saat itu, menjadi salah satu pilihan pekerjaan bagi warga pedesaan untuk mengais rezeki di kota.

"Perkotaan menjadi daya tarik warga desa. Saat itu, di Kota Yogya dan Solo, sebagai pusat kerajaan, juga mendorong migrasi tersebut," katanya.

Tahan krisis

Angrkingan Lik Man salah satu angkringan terkenal di YogyakartaInstagram: @yohana_indah Angrkingan Lik Man salah satu angkringan terkenal di Yogyakarta
Menurut Warto, angkringan atau hik di Jawa, khususnya di Yogya, Solo dan Klaten, merupakan bukti eksitensi kekuatan ekonomi kerakyatan.

Di saat negara mengalami krisis sosial atau ekonomi, semisal pada tahun 1997-1998, angkringan tetap bertahan.

"Mungkin sudah beberapa kali negara ini mengalami krisis. Namun, angkringan hingga saat ini masih bisa bertahan," katanya.

 

Baca juga: Jelajah Cikal Bakal Angkringan di Desa Ngerangan, Klaten

Salah satu ciri angkringan, menurut Warto, yang membuatnya bisa menghadapi zaman kekinian adalah dengan filosofi cara bisnis masyarakat Jawa, yaitu "tuno sathak bathi sanak".

Artinya, untung sedikit tak menjadi masalah, yang penting bisa menjalin persaudaraan dengan sesama adalah keuntungan tak ternilai. 

"Fenomena angkringan atau HIK tidak semata semata-mata merepresentasikan aktivitas ekonomi yg hnya mengejar keuntungan ekonomi, tetapi sekaligus juga mencerminkan aspek-aspek sosial budaya, yaitu nilai kebersamaan dan harmoni sosial. Nilai semacam ini telah mewarnai dinamika sejarah menjadi masyarakat Kota Solo dan Yogya khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com