Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Gudeg Yogyakarta, dari Prajurit di Hutan Mentaok hingga Kisah Raden Mas Cebolang

Kompas.com - 21/02/2021, 08:08 WIB
Rachmawati

Editor

Lalu ia bercengkerama dengan Pangeran Tembayat dan tamunya, Ki Anom hingga matahari bersinar dan terdengar suara bedug.

Saat itu ada makanan yang disajikan bersamaan dengan suara bedug mejadi salah satu sajian di menu makan siang mereka. Makanan itu disebut dengan gudeg.

It's good, dek

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, dijelaskan versi lain penyebutan gudeg.

Diceritakan dalam buku Indonesia Poenja Tjerita (2016) karya Sejarah RI, konon pada zaman penjajahan Inggris, seorang warga negara Inggris menikah dengan perempuan Jawa dan menetap di Yogyakarta.

Warga negara Inggris tersebut selalu memanggil istrinya dengan sebutan dek.

Suatu hari sang istri teringat akan resep turun-temurun keluarganya untuk memasak menggunakan bahan nangka muda.

Baca juga: Gudeg Mbah Lindu dan Nostalgia Masa Lalu Kota Yogyakarta

Sepulang kerja, si suami yang merasa senang dengan masakan sang istri langsung melahap makanan dengan bahan nangka muda dan santan kelapa tersebut.

Selesai makan, suami tersebut berkata dengan keras, "good, dek. Its's good, dek."

Merasa tekejut, sang istri kemudian bercerita ke tetangga dan teman-temannya bahwa suaminya senang dengan masakan resep turun-temurun tersebut.

Dan berkata bahwa sang suami selalui bilang "good, dek". Konon, dari sinilah makanan nangka muda itu disebut dengan gudeg.

Baca juga: Kenangan William Wongso akan Sosok Mbah Lindu, Penjual Gudeg Legendaris

Yogya, kotanya gudeg

Monumen Tugu Yogyakarta, tempat wisata populer di Kota Gudeg. DOK. BIRO KOMUNIKASI PUBLIK KEMENPAREKRAF Monumen Tugu Yogyakarta, tempat wisata populer di Kota Gudeg.
Kemasyuran gudeg di Yogyakarta sudah ada sejak bertahun-tahu. Bahkan ada beberapa penjual gudeg yang legendris. Sebut saja Gudeg Kranggan ala Mbak Diryo di tahun 1950-an, Gudeg Djuminten yang menjadi kegemaran Sri Sultan KB ke XI pada tahun 1960-an.

Menyusul Gudeg Mbarek di tahun 1970-an dan Gudeg Pawon yang menerima konsumen antara pukul 22.00 WIB hingga 23.00 WIB dan populer di tahun 1990-an.

Selain itu Kampung Gudeg Wijilan dan Barek yang menjadi salah satu keberhasilan pemerintah yang menempatkan satu kawasan wisata untuk membeli gudeg sebagai oleh-oleh.

Di sepanjang jalan tersebut kita bisa melihat rumah makan yan menawarkan gudek untuk dimakan langsung ataupun dijadikan cinderamata.

Jadi kalo ke Yogkayarta, jangan lupa ya untuk mencicipi gudegnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com