Setelah dirinya purnatugas, ia pun kembali kepekerjaannya sebagai tukang las.
"Saya selalu menyampaikan bahwa urip kuwi urup. Artinya, hidup itu harus bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain," ujarnya.
Baca juga: Masa Dulu yang Susah, Sekarang Uang Banyak Ya Dinikmati
Kata Rudy, jasa pengelasan tidak akan pernah mati dan tetap dibutuhkan meski ada pekembangan teknologi.
"Biarpun era digital pekerjaan manual masih tetap dibutuhkan. Jangan dipandang sebelah mata tukang las itu. Tanpa ada tukang las konstruksi tidak akan bisa jalan," ujar suami Elisabeth Endang Prasetyaningsih ini.
Baca juga: Kekhawatiran Kades Usai Ratusan Warganya Mendadak Jadi Miliarder
Mengelas, kata Rudy, sudah menjadi hobinya yang sudah ia tekuni sejak tahun 1987, ia pun tidak ingin apa yang dilakukan disebut sebagai pencitraan sebab dari dulu ia menyukai mekanik.
"Sehingga, kalau ada yang menyampaikan itu pencitraan, lha saya butuh apa? Saya tidak butuh apa-apa. Saya butuhnya ilmu yang saya miliki bisa bermanfaat lagi," ungkapnya.
Baca juga: Cukup Anak Saya yang Terakhir Jadi Korban, Jangan Ada Tentara-tentara Lainnya
(Penulis : Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor : Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.