Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

52 Ekor Paus Terdampar di Madura, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 19/02/2021, 18:29 WIB
Robertus Belarminus

Editor

KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Wilayah II Jawa Timur menilai, terdamparnya sekitar 52 ekor paus di Pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Bangkalan Jawa Timur, pada Kamis (18/2/2021) sebagai fenomena langka.

BKSDA pun langsung melakukan penyelidikan untuk mengungkap fenomena tersebut.

Kepala Bidang Konservasi Sumberdaya Alam BKSDA Wilayah II Jawa Timur, RM Wiwied Widodo, menuturkan, paus merupakan mamalia laut yang dilengkapi dengan sonar atau alat navigasi.

Koloni Paus akan bergerak mengikuti jalur sonarnya atau navigasinya.

Dia menyebut, tidak mungkin paus tiba-tiba belok tanpa sebab atau sampai terdampar.

Baca juga: 52 Ekor Paus Terdampar di Madura, BKSDA: Ini Fenomena Langka

Karena itu, pihaknya akan melakukan pemeriksaan sampel pada paus tersebut.

"Penyebabnya bisa beragam, dari gangguan sonar yang bisa berasal dari gangguan alam seperti gempa atau patahan bumi, atau bahkan mereka hanya mencari makan," kata RM Wiwied Widodo, saat dikonfirmasi, Jumat (19/2/2021).

"Ini fenomena langka, biasanya yang terdampar di pantai hanya beberapa ekor, tapi ini sampai puluhan atau satu koloni. Kami sedang selidiki penyebabnya," ujar dia.

BKSDA Jawa Timur, kata dia, diberi waktu 3 hari untuk mengungkap fenomena tersebut.

"Kami diberi waktu 3 hari untuk menjelaskan penyebabnya. Mohon ditunggu," ucap dia.

Catatan BKSDA Jawa Timur, Widodo, jumlah paus yang terdampar di pantai Desa Patereman, Kecamatan Bangkalan, sebanyak 52 ekor.

Camat Modung, Heri Arifin awalnya menyebut ada 49 paus yang terdampar.

BKSDA melanjutkan, 49 ekor ditemukan mati, dan tiga sisanya ditemukan dalam keadaan hidup.

Tiga ekor paus yang ditemukan hidup telah digiring dan dilepaskan ke laut lepas.

Puluhan paus tersebut ditemukan nelayan sekitar pukul 14.00 WIB Kamis kemarin.

Baca juga: 46 Paus Mati Terdampar di Madura, Ada yang Dinaiki Warga, Lainnya Dijadikan Mainan

Paus-paus yang mati sebagian dikubur oleh nelayan setempat karena khawatir menimbulkan aroma busuk.

Kejadian ini membuat nelayan di sekitar lokasi keheranan. Sebab, puluhan paus tiba secara bergerombol dalam waktu bersamaan.

Mereka menyebut peristiwa semacam itu baru pertama kali terjadi.

"Para nelayan heran, karena datangnya langsung bersamaan," kata salah seorang nelayan di kawasan Modung, Syafii Ma'arif.

(KOMPAS.COM/ACHMAD FAIZAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com