Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suami Sakit, Santi Gadaikan Ponsel Milik Anaknya Rp 350.000 untuk Makan: Saya Sedih dan Malu...

Kompas.com - 19/02/2021, 10:11 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Santi Marisa (33), seorang ibu rumah tangga di Surabaya, nekat mendatangi rumah Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktino pekan lalu.

Kedatangan Santi untuk meminta bantuan sekolah anaknya karena ponsel yang biasanya digunakan untuk daring sudah digadaikan. Ia terpaksa menggadaikan satu-satunya barang berharga agar bisa makan.

"Saya awalnya ke Pak Baktiono. Kan itu dekat rumah saya di Jalan Rangkah. Saya bilang ke Pak Baktiono, saya mau minta bantuan buat anak sekolah daring. Soalnya HP saya enggak ada, tak gadaikan," kata Santi.

Setelah menemui Baktino, Santi diminta untuk menemui staf ahli Fraksi DPI-P di kantor DPRD Kota Surabaya.

Baca juga: Kisah Pilu Santi Marisa, Gadai Ponsel karena Tak Bisa Makan, Nekat ke Kantor DPRD Minta Bantuan

"Di sana saya dikasih makan dibantu juga nebus HP saya," ujar Santi.

Santi juga dijanjikan bantuan sejumlah buku untuk menunjang pendidikan anak Santi.

"Nanti masalah-masalah seperti buku, kalau kita enggak bisa beli juga bisa dibantu katanya. Jadi, anak saya ini masih belum tahu dapat bantuan mitra warga atau apa," kata dia.

Santi lalu mendapatkan uang Rp 400.000 untuk menebus ponselnya yang digadaikan di koperasi simpan pinjam.

Baca juga: Kisah Pilu Pariyem, Mengais Sisa Makanan di Tong Sampah karena Lapar

Gadaikan ponsel karena suami sakit dan tak bekerja

Santi Marisa (33) bersama putri sulungnya, Cantika Aurelia Ahmad (8) saat mrngunjungi ruangan fraksi PDIP di kantor DPRD Kota Surabaya, Senin (15/2/2021) lalu.DOK. AHMAD HIDAYAT FRAKSI PDIP Santi Marisa (33) bersama putri sulungnya, Cantika Aurelia Ahmad (8) saat mrngunjungi ruangan fraksi PDIP di kantor DPRD Kota Surabaya, Senin (15/2/2021) lalu.
Santi terpaksa menjual ponsel yang digunakan anaknya belajar karena ia tak lagi memiliki harta berharga lagi untuk dijual.

Ibu berusia 33 tahun itu memiliki dua anak NAA (5) dan kakaknya, CAA (8). NAA masih TK dan CAA sudah duduk di bangku SD.

Suami Santi adalah Ahmad Toha Muarif (35) seorang kuli bangunan dengan penghasilan tak menentu. Namun beberapa bulan terakhir, Toha tak bisa bekerja karena kecelakaan.

Kecelakaan berawal saat Toha melihat burung love bird di sekitar rumahnya. Ia pun memanjat ke atas rumah untuk menangkap burung tersebut.

Baca juga: Kisah Pilu TKW Korban Perdagangan Anak: Dipaksa Kerja oleh Ayah, KTP Dipalsukan, hingga Disiksa Majikan

Nahas. Toha justru tersengat listrik dan terjatuh dari atap rumah dan tersetrum. Kaki dan tangannya terbakar. Sementara kepalanya bocor.

"Selama tiga bulan ini (suami) enggak bekerja sama sekali," kata Santi, kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon, Kamis (18/2/2021).

Karena tak ada biaya untuk kebutuhan sehari-hari, ia pun menggadaikan ponsel yang biasa digunakan anaknya sekolah daring.

Baca juga: Kisah Pilu Kakek Darno yang Lumpuh dan Tunawicara, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot

Hal tersebut terpaksa ia lakukan karena bingung tak ada lagi yang bisa dimakan.

Sebulan setelah menjual ponsel, ibu guru anaknya menanyakan alasan CAA tak pernah mengerjakan tugas sekolah.

Santi mengaku malu dan kasihan padan amaknya karena ponsel yang digunakan belajar sudah digadaikan.

"Saya sedih dan malu karena HP-nya saya gadaikan dan belum mampu saya tebus," ujar Santi.

Baca juga: Cerita Pilu Bayi Aqila, Alami Gizi Buruk dan Penyakit Penyerta, Ibu: Saya Pasrah...

Bantuan sosial tak cukup

Ilustrasi miskin dan kayaerllre Ilustrasi miskin dan kaya
Santi bercerita saat pandemi, ia tercatat sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan dapat bantuan sosial tunai (BST) Rp 300.000 per bulan.

"Itu pun enggak cukup, habis buat makan saja. Saya beli beras saja cuma Rp 5.000 dan itu dimakan untuk sehari," kata Santi.

Dia berharap bisa mendapat bantuan sosial yang diberikan rutin setiap bulan seperti program keluarga harapan (PKH).

Ia mengaku pernah mengajukan agar dapat bantuan PKH. Namun saat itu kuotanya sudah habis.

Baca juga: Cerita Pilu Pawang Fery, Tewas Diserang Harimau Saat Mencegah Kabur dari Kandang

"Katanya nunggu orang meninggal dulu baru kita masuk. Lha, masak kita minta bantuan PKH saja masih harus nunggu orang meninggal? Sedangkan saya kalau lihat orang-orang yang dapat PKH itu hati saya nelangsa," kata Santi.

Santi merasa sedih saat mengetahui yang mendapat bantuan justru lebih mampu darinya. Bahkan mereka yang dapat bantuan bisa bangun rumah sendiri.

"Tapi, kenapa kok mereka dapat bantuan semua, padahal lebih susah saya. Saya sampai heran. Kalau saya bekerja enggak bakalan saya minta-minta kayak begini, saya atasi sendiri," ujar Santi.

"Sekarang saya enggak kerja, saya harus minta ke mana, ke tetangga enggak mungkin. Kita bilang ke RT-RW, misalnya, 'Pak, saya minta bantuan buat sekolah,' Tapi enggak mungkin pak RT bisa nebuskan HP. Makanya saya langsung ke Pak Baktiono soalnya saya dengar Pak Baktiono ini membantu orang kayak saya gini," kata dia.

Baca juga: Kisah Pilu Lela, Tinggal di Gubuk Reyot 3x2 Meter Tanpa Listrik Bersama 4 Anaknya

Rumah tak miliki toilet dan ingin bekerja

Ilustrasi uluran tangan.SHUTTERSTOCK/ONOT Ilustrasi uluran tangan.
Kepada Kompas.com, Santi berharap Pemkot Surabaya bisa memberikannya pekerjaan sehingga ia tak perlu meminta bantuan.

Ia berjanji ketika mendapat pekerjaan kelak dan kebutuhannya tercukupi, ia tidak lagi mengharapkan bantuan sosial dari pemerintah.

"Saya juga minta bantuan supaya saya dapat pekerjaan, biar saya ini enggak minta-minta seperti di DPRD kemarin," kata dia.

"Saya malu dan daripada saya minta-minta gini mending dicarikan kerja. Kalau saya sudah dapat kerja, langsung saya minta dicabut (bantuan sosial) dan dikasihkan ke orang lain," imbuh dia.

Baca juga: Cerita Pilu Balita Al Fauzi, Masuk Pengungsian dalam Kondisi Sehat, Meninggal karena Kedinginan

"Berhubung saya mepet, enggak ada lagi yang saya gadaikan, makanya saya sampai minta-minta kayak gini," ujar dia.

Menurut Santi, beberapa pejabat kelurahan sudah datang ke rumahnya dan mereka kaget setelah melihat kondisi rumahnya.

Di rumah Santi tidak ada kamar mandi dan selama ini ia menumpang kamar mandi rumah mertuanya.

"Jadi kelurahan sudah tahu faktanya. Soalnya saya kalau ngomong seadanya, enggak saya tambahain dan kurangin. saya cuma ingin anak saya bisa daring sama bantuan PKH," kata dia.

Baca juga: Cerita Pilu Bocah SD Diperkosa Oknum Guru di Tengah Hutan, Diberi Uang Lalu Ditinggal di SPBU

Berkirim surat ke Pemkot Surabaya

ilustrasi jenuh dalam bekerja.SHUTTERSTOCK ilustrasi jenuh dalam bekerja.
Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktiono mengaku Fraksi PDI-P DPRD Kota Surabaya sudah mengirimakan surat ke Pemkot Surabaya terkait kondisi warganya yang membutuhkan bantuan.

"Intervensinya apa? Banyak. Itu kan ditemukan warga tidak mampu. Termasuk yang di bidang sosial harus turun. Orangtua tidak bekerja, harus dibantu, ada PKH, ada MBR," ujar Baktiono.

Selain itu, rehabilitasi sosial perlu dilakukan. Apabila kondisi rumahnya kurang layak untuk ditempati, untuk sementara dialihkan ke rumah susun.

Selain itu, ia juga akan mencarikan pekerjaan kepada warganya itu.

Baca juga: Ibu Tewas dan Ayah Hilang Saat Banjir Kalsel, Ini Cerita Pilu Bocah 6 Tahun Bernama Lia

"Carikan pekerjaan. Orangtua perempuannya karena punya anak dua, diberikan keterampilan. Misalnya membuat makanan, menjahit dan lain-lain. Nanti makanannya dibeli oleh pemerintah kota," ujar dia.

Informasi seperti ini, kata dia, harus segera ditindaklanjuti dan diberi intervensi agar warga tersebut bisa memperbaiki kondisi ekonominya.

"Langkah konkret dari kami seperti itu. Kami sudah bersurat, tinggal menunggu tindaklanjut dari pemerintah kota," ujar Baktiono.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ghinan Salman | Editor: Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com