Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Lia Hampir Setahun Belajar Jarak Jauh karena Pandemi, Mengaku Sedih, Kesepian, dan Putus Asa

Kompas.com - 19/02/2021, 06:56 WIB
Rachmawati

Editor

Bagi yang mampu, mereka bisa saja mencari pelarian ke gim-gim daring, hal yang disebut Retno bisa berujung pada 'kecanduan'.

Baca juga: Guru Honorer Batal Dipecat, DPRD Bone Tetap Lanjutkan Petisi Pencopotan Kepala Sekolah

Sementara, ada anak yang mengambil jalan untuk menyakiti diri sendiri, yakni dengan melakukan bunuh diri.

"Satu anak meninggal gara-gara PJJ itu sudah masalah, apalagi lebih dari satu," ujarnya.

Retno mengatakan sangat penting bagi guru-guru bimbingan konseling di sekolah untuk aktif memantau kesehatan mental anak-anak selama pandemi.

Baca juga: Masuk Zona Kuning Covid-19, 8 Daerah di Kalbar Boleh Gelar Sekolah Tatap Muka

Pentingnya teman sebaya

Mengomentari tentang dampak psikologis remaja saat belajar di rumah, psikiater dr. Nova Riyanti Yusuf mengutip teori psikososial yang mengatakan bahwa bagi kalangan remaja, yang paling bermakna bukanlah orang tua, melainkan peers (teman sebaya).

"Saat ini dia (anak remaja) dipaksa untuk bertumbuh tidak sesuai dengan teori psikososial, jadi bisa dibayangkan. Dia tidak mengalami proses yang normal itu tadi," kata Nova.

Untuk menghadapi itu, Nova mengatakan orang tua perlu untuk memahami generasi Z dengan karakter mereka, di antaranya yang sangat aktif di media sosial.

Menurut Nova, orang tua juga perlu membuka ruang komunikasi dengan anak.

Baca juga: Dituding Tolak SKB 3 Menteri soal Seragam Sekolah, Bupati Banyumas: Hoaks Itu

"Ditanya anak maunya apa. Tidak bisa lagi mendikte. Anak sekarang tak bisa lagi didikte," kata Nova.

Jika melihat perubahan perilaku anak, Nova juga menyarankan orang tua tak menyangkal, tapi mencari bantuan profesional.

Untuk bantuan konsultasi, ia mengatakan orang tua bisa mencoba layanan yang disediakan gratis oleh Kemenkes yakni Sehat Pedia.

Orang tua, katanya, bisa juga memanfaatkan layanan kesehatan jiwa yang disediakan BPJS.

Baca juga: Demi Sekolah, Siswa SMK Kerja Serabutan, Tinggal di Rumah Kayu, dan Hanya Makan Ubi

Apa dampak jangka panjang bagi anak?

Seorang siswa membuat video animasi edukasi yang dipelajarinya secara otodidak di Youtube untuk mengisi waktu luang saat belajar dari rumah.Antara Foto Seorang siswa membuat video animasi edukasi yang dipelajarinya secara otodidak di Youtube untuk mengisi waktu luang saat belajar dari rumah.
Pengajar di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata, Dr. Endang Widyorini, mengatakan dalam jangka panjang, anak dan remaja bisa kehilangan keahlian-keahlian bersosialisasi karena sudah hampir setahun belajar di rumah.

"Ini termasuk bagaimana pengelolaan emosi, juga hubungan lawan jenis. Ini tidak harus artinya dalam hal pacaran. Tapi menjalin hubungan itu pasti berbeda jika dibandingkan dengan yang sejenis. Itu nggak ada kesempatan. Ini suatu kerugian untuk mereka," kata Endang.

Endang mengatakannya ke depannya dampak pada masing-masing anak akan sangat bergantung pada kemampuan adaptasi mereka.

Baca juga: Demi Sekolah Online, 2 Siswi AS Cari WiFi sampai Lesehan di Pinggir Jalan

Sementara itu, ia menyarankan sekolah-sekolah untuk membuat tugas kelompok demi menjaga interaksi sosial anak.

"Meski secara daring, setidaknya mereka bertatap muka dengan temannya. Memang tidak sempurna, tapi setidaknya mereka berinteraksi dengan teman-temannya," ujar Endang.

Kembali ke Lia, siswi kelas XI di Gowa, Sulawesi Selatan, ia mengatakan sangat berharap pandemi cepat berlalu sehingga bisa kembali sekolah.

Baca juga: Cerita Siswa SMP di Kendal Nekat Seberangi Sungai demi Sekolah karena Jembatan Putus

Untuk sementara waktu, ia mengatakan berupaya menjaga kondisi mentalnya dengan menjalankan hobi dan melalui kebosanan.

"Jadi cara saya saya ngilangin stres itu dengan ambil me time, dengan dengerin lagu-lagu, nonton drakor (drama Korea), dan sesekali keluar main dengan temen, tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com