Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Krematorium Bebalang, Bakar 470 Jenazah Positif Covid-19, Awalnya Tidak Berani

Kompas.com - 18/02/2021, 13:47 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

"Sama biayanya, hanya kalau Covid ada tambahan baju APD," kata dia.

Krematorium ini didirikan untuk menjadi solusi bagi umat Hindu Bali yang jika ada anggota keluarganya meninggal dan kebetulan bersamaan dengan kegiatan banjar adat.

Namun syaratnya jenazah yang dikremasi, keluarga harus lapor ke desa atau kelian (kepala) adat masing-masing untuk mendapat surat rekomendasi atau izin.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan (GTPP) Covid-19 Bangli, I Wayan Dirgayusa mengatakan, kremasi jenazah Covid-19 harus dilakukan dengan standar yang ditentukan.

Pihaknya memberikan rekomendasi ke Krematorium Sagraha Mandra Kantha Santhi untuk menangani jenazah Covid-19 sejak April 2020.

Baca juga: Pariyem, ART yang Makan Sisa Sampah Dekat Pizza Hut Tak Digaji Bertahun-tahun

Menurutnya, krematoroum ini sangat membantu dalam penanganan jenazah Covid-19.

"Itu sebetulnya untuk umum. Kemudian selama ini mereka membatu kami menyelesaikan masalah Covid juga. Kami ajak atau minta sejak April dan hampir seluruh Bali ke sana," kata Dirgayusa, saat dihubungi, Rabu (17/1/2021).

Ia mengatakan, SOP yang dijalankan yakni pembakaran jenazah Covid-19 harus dilakukan di waktu yang berbeda dengan jenazah non Covid-19.

"Setelah pembakaran dilakukan penyemprotan disinfektan. Keluarga tak boleh di dalam dan bahkan tidak melihat," kata dia.

Jadi, tim Satgas bertugas mengevakuasi jenazah hingga tempat pembakaran. Kemudian tim dari krematorium yang melakukan pembakaran.

"Tempat harus terpisah dan waktu terpisah, jika ada masyarakat umum terpisah jadi jamnya diatur," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com