Selain itu, Feratri menanamkan kepada seluruh anak-anaknya untuk selalu mensyukuri apa yang didapatkan hari ini.
Meski tak memasang plakat Yayasan Panti Asuhan Mata Hati atau menggunakan media sosial selalu ada saja rezeki yang diperoleh untuk membesarkan anak-anak dengan latar belakang mulai dari dibuang orangtua, hingga kurang mampu ekstrim.
Dia yakin dengan kebaikan orang-orang yang memberikan bantuan akan ditularkan kepada orang lain, sehingga rejeki yang diterima anak-anaknya akan terus mengalir.
"Doktrin saya kepada anak-anak, besok pagi kita akan mati, itu yang ditekankan. Anak-anak apa yang kita makan hari ini kita syukuri," kata dia.
"Gusti Allah akan memberikan jalan," kata Feratri.
Baca juga: Usai Mensos Terciduk KPK, 2 Yayasan di Tanah Bumbu Kembalikan Dana Bansos
Meski semua dalam keterbatasan, bersama anak-anaknya, dia selalu membagikan nasi kotak kepada lansia di sekitar kampungnya setiap Jumat.
Selain ucapan syukur, dia ingin mengajak agar kedepan selalu berbagi kepada orang lain.
Suami istri ini, tidak mengizinkan ada anak yang akan diadopsi. Dirinya ingin membesarkan mereka dengan berbagai upaya.
Uang tabungan untuk beli gawai
Pandemi yang melanda seluruh dunia, menyebabkan anak-anak pasangan Arif dan Feratri harus belajar di rumah.
Puluhan anak ini memerlukan gawai untuk belajar di rumah karena tugas dikirimkan lewat aplikasi.
Uang tabungan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dan rencananya akan digunakan untuk membangun ruang tidur putri pun diurungkan.
"Agar anak-anak bisa belajar ditunda dulu membangun kamar putri, lebih baik digunakan untuk membeli gawai," ucap dia.
Baca juga: Tertular dari Dosen, 48 Anak dan Pengurus Panti Asuhan Positif Covid-19
Feratri menjatah paket internet untuk anak-anaknya agar tidak digunakan untuk bermain video game.
Meski diakuinya, sebagian anak masih ada yang mencuri waktu untuk bermain melalui gawainya, hal itu dimaklumi karena memang usia belasan masih senang bermain.