Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan HB X Kembali Lakukan Sapa Aruh, Semangati Warganya di Tengah Pandemi

Kompas.com - 16/02/2021, 12:05 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X (HB X) kembali menggelar sapa aruh dengan tema Mengadaptasi Perubahan, Menggugah Semangat Bangkit Ekonomi.

Sultan juga memberikan semangat kepada warganya dengan jargon "kolaborasi atau mati".

Sapa aruh disampaikan di Bangsal Kepatihan, Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, pada hari ini, Selasa (16/2/2021).

Baca juga: Sapa Aruh Sultan HB X: Pandemi Covid-19 Meluas, Masyarakat Berdayakan Jaga Warga

Berikut isi sapa aruh yang disampaikan oleh Sultan HB X;

Konon kata orang bijak, mahkluk yang mampu mempertahankan hidup bukan yang terbesar, terkuat atau terkaya, tapi mereka yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan. Jika semuanya berubah total, sistem baru menjelang tiba, apakah kita siap menyongsongnya?

Maka, ubahlah cara berpikir dan bertindak sejak sekarang juga! Kalau dulu, suntikan semangatnya “merdeka atau mati!”. Kini pilihannya juga tinggal dua: “kolaborasi atau mati” –"collabs or collapse".

Kalau kini, diberlakukan Pengetatan Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM), apakah kita cukup dengan bersungut-sungut lalu marah? Dalam kaitan ini, kita bisa belajar dari nelayan saat merespons gelombang besar.

Mereka pun tidak bisa melaut, tapi mengerti: “Untuk apa mengganggu pasang-surut air laut yang sedang mengantarkan oksigen untuk plankton di dasar laut?”.

Baca juga: Tentang Serat Kalatidha Ronggowarsito yang Dikutip HB X Saat Sapa Aruh soal Virus Corona

Benar saja, saat badai reda, plankton tumbuh lebih subur, ikan-ikan berkembang biak. Lalu nelayan bisa kembali mendapatkan ikan dalam jumlah cukup.

Para nelayan tidak pernah menghujat gelombang dan badai, tetapi mereka mengetahui kapan saat terbaik untuk istirahat. Tetap “semangat tanpa sambat”.

Sama halnya petani. Membiarkan lahan istirahat untuk memulihkan diri. Mereka berpikir sederhana: “Bukankah ini saat terbaik untuk memperbaiki alat-alat yang rusak?” Yang masih baik dibuat lagi varian yang lebih baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com