Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nawal Lubis Rahmayadi Ingin Ulos dan Gorga Batak Mendunia

Kompas.com - 16/02/2021, 09:05 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Danau Toba menjadi salah satu destinasi wisata prioritas Indonesia.

Selain keindahan alam, masyarakat di sekitar Danau Toba masih menjaga keaslian khazanah budaya dengan memproduksi kerajinan tangan atau kriya.

Potensi ini yang dilirik Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sumatera Utara Nawal Lubis Rahmayadi bersama wakilnya Sri Ayu Mihari saat bertemu perajin di kawasan Danau Toba.

Baca juga: Menpora: Kita Tahu Mana Pemda yang Serius, Mana yang Setengah-setengah

Mereka berbincang tentang berbagai upaya yang dapat diambil untuk menjadikan kriya ulos dan gorga Batak mendunia.

Pertemuan yang dilakukan di The Kaldera Toba Nomadic Escape di Kabupaten Toba, juga dihadiri Ketua Dekranasda Kabupaten Tapanuli Utara Satika dan Ketua Dekranasda Kabupaten Humbanghasundutan Lydia.

Kemudian Ketua Dekranasda Kabupaten Dairi Romy Mariani dan Ketua Dekranasda Kabupaten Karo Sariati Terkelin Brahmana.

"Kita kawinkan kultur tradisi dan sentuhan modern, sehingga memiliki daya pakai lebih tinggi. Ulos dapat terus dilestarikan lintas zaman dan generasi. Lewat tangan kreatif anak bangsa, ulos bisa menjadi busana dan aksesoris yang elegan dan berkelas dunia," kata Nawal dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/2/2021).

Baca juga: Dua Sosok di Balik Mister Loo yang Dipercaya Luhut Urus Toilet di Danau Toba

Sri Ayu menambahkan, untuk mengembangkan ulos dan gorga, warga Sumut harus bangga menggunakan produksi lokal dari para perajin.

Ulos dan gorga adalah produk kriya asli Sumut untuk Indonesia dan menjadi bagian kekayaan serta jati diri bangsa.

“Mari kita lestarikan dan kembangkan untuk kesejahteraan bersama,” kata dia.

Satika pada kesempatan itu memperlihatkan berbagai ragam kerajinan yang dihasilkan perajin dari Tapanuli Utara, yakni tenun ikat yang menggunakan pewarna alam, kemudian diaplikasikan dalam bentuk outer seperti jaket bomber, jas dan kemeja.

Menurut dia, ulos ikat produksi mereka sudah dipasarkan di tingkat internasional.

Baca juga: 4 Wisata Samosir, Sumatera Utara, Puas Nikmati Indahnya Danau Toba

Namun masih membutuhkan pendampingan dan promosi oleh pemerintah pusat dan provinsi untuk menggalakkan lagi ragam kerajinan yang dihasilkan.

"Kita juga aktif mengikuti fashion show seperti Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week sebagai salah satu upaya promosi," ujar Satika.

Satika mengatakan, ulos ikatnya menggunakan pewarna alam, berasal dari tumbuhan mahoni, ketapang dan indigo.

Harga jualnya mulai Rp 1 juta hingga belasan juta, tergantung tingkat kesulitan pembuatannya. Semakin sulit pembuatan, harga akan semakin mahal.

Sementara itu, Lydia memperkenalkan Kain Humbang Shibori yang dibuat dengan teknik jumputan menggunakan pewarna alam, serta Kain Humbang Ecoprint dan Batik Humbang yang bahan pewarnanya menggunakan dedaunan yang ada di sekitar Danau Toba.

"Ini sudah dijual sampai Kanada, permintaan paling banyak ke Jakarta. Kita mulai dari 2016 untuk melakukan pelatihan kursus Shibori," kata dia.

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dekranasda akan digelar pada 3-4 Maret 2021 mendatang.

Sumatera Utara terpilih menjadi salah satu dari lima provinsi yang akan menyampaikan presentasi program yang mendukung destinasi wisata prioritas nasional.

Nawal Lubis saat memimpin rapat persiapan di rumah dinas gubernur mengatakan, akan melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Dekranasda kabupaten se-kawasan Danau Toba dan pihak terkait lainnya untuk mendukung dan berkolaborasi memajukan pengembangan produk kriya.

"Butuh inovasi dan masukannya. Saya minta agar program tahun ini tidak sama dengan program tahun lalu. Selain itu, kuliner khas Sumut harus diperkenalkan dalam Rakernas," kata Nawal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com