Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Beda antara Kritikus dan Radikalis, Jangan Sembarangan Menuduh

Kompas.com - 15/02/2021, 14:15 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menilai, masyarakat dan pemerintah harus bisa membedakan antara kritik dan radikal.

Hal tersebut diungkapkan Dedi terkait laporan Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni ITB kepada tokoh Muhammadiyah, Din Syamsuddin.

"Kita harus bisa membedakan mana kritikus mana radikalis, jadi kalau kritikus senantiasa kritik pemerintah dari sisi kebijakan di bidang ekonomi, sosial infrastruktur, ketatanegaraan dan aspek yang bersifat kebijakan politik maka kritikus senantiasa mengkritik kebijakan itu," kata Dedi saat lewat sambungan telepon, Senin (15/2/2021).

Baca juga: Din Syamsuddin Dituduh Radikal, Fraksi PAN di DPR: Tuduhan Itu Menyakiti

Berbeda dengan kritik, Dedi menilai, radikalisme justru lebih mengedepankan isu-isu tentang agama dan keyakinan suatu kelompok.

"Radikalisme senantiasa yang diomongin aspek yang bersifat agama dan keyakinannya. menyerang orang dari cara pandang dia dalam keinginannya menerapkan sistem syariat yang diyakini. Radikalis itu jarang menyoroti kebijakan pembangunan," jelasnya.

Kritik, lanjut Dedi, justru sangat diperlukan negara untuk memperbaiki kekurangan dari setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

"Kritikus sangat diperlukan dalam manajemen pengelolaan pemerintahan agar terjadi check and balance," ungkapnya.

Baca juga: Pemerintah Anggap Din Syamsuddin Tokoh, Pernah Jadi Utusan Bicara Islam Damai

Sementara radikalisme akan lebih banyak berisi ancaman, baik kepada individu atau bahkan kepada negara. Dia pun mengimbau masyarakat agar jeli menilai dan membedakan antara kritik dan radikalisme.

"Kaum radikal itu cara menyampaikannya dengan cara radikal, biasanya dengan ancaman pembunuhan, ancaman revolusi, ancaman peledakan bom. Masyarakat harus membedakan mana kaum radikal mana kaum kritikus. Jadi jangan sembarangan menuduh seorang kritikus sebagai radikalis," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com