Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Longsor, Tanah Bergerak hingga Lubang Besar Muncul di Brebes

Kompas.com - 15/02/2021, 09:23 WIB
Tresno Setiadi,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BREBES, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah mencatat, sejak November 2020 hingga pertengahan Februari 2021, total ada 104 peristiwa bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak.

Kepala BPBD Brebes Nushy Mansur mengatakan, dari jumlah itu terjadi kerusakan di berbagai sektor, mulai dari sektor pendidikan, permukiman hingga infrastruktur jalan.

"Total sampai Februari ini 104 kejadian bencana alam. Dampaknya merusak 6 gedung sekolah, 54 rumah warga, dan 44 infrastruktur jalan," kata Nushy kepada Kompas.com, Selasa (9/2/2021).

Baca juga: 9 Rumah Warga Rusak akibat Tanah Bergerak, Pemkab Brebes Rencanakan Relokasi

Nushy mengatakan, ada sejumlah faktor yang turut memperbesar potensi bencana.

Beberapa faktor yakni kurangnya tutupan pohon di wilayah hulu, cuaca ekstrem seperti curah hujan intensitas tinggi sejak akhir tahun lalu, hingga kondisi topografi.

"Bahkan 54 kepala keluarga yang rumahnya rusak sampai saat ini masih mengungsi tinggal di sanak keluarganya. Rencana akan direlokasi, namun kita masih menunggu kajian tim Geologi," kata Nushy.

Longsor dan lubang besar

Peristiwa terkini, sebuah bencana tebing longsor menimbun jalan provinsi yang menghubungkan Tegal-Brebes, tepatnya di ruas jalan Desa Batursari, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (13/2/2021).

Akses jalan lumpuh total akibat hujan deras yang terjadi sejak Jumat malam.

Selain itu, muncul sebuah lubang besar berdiameter sekitar 4 meter.

Baca juga: Tanah Bergerak di Ciamis, Atap Ruangan Kelas MTs 11 Ambruk

Lubang ini menarik perhatian warga.

Koordinator Satgas PB BPBD Brebes Budi Sujatmiko mengungkapkan, tanah dari tebing menutup jalan sepanjang 20 meter dan lebar 8 meter.

Sementara lubang besar itu berada di jalan yang mengarah ke obyek wisata Curug Cantel.

“Yang ambles (berlubang) merupakan gorong-gorong," kata Budi Sujatmiko.

Menurut Budi, jalan di atas gorong-gorong itu rusak karena tidak kuat menahan gerusan air sungai yang cukup deras.

Akibatnya, jalan di atasnya ikut terkikis dan berlubang.

“Di bawah jalan memang gorong-gorong yang dilewati air sungai. Titiknya memang jembatan yang diaspal,” kata dia.

Baca juga: Meneliti Penyebab Tanah Bergerak di Aceh hingga Upaya Penyelamatan Warga

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com