Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjual Peti Mati: Dulu Belum Tentu Terjual, Selama Pandemi Selalu Kehabisan Stok

Kompas.com - 14/02/2021, 11:52 WIB
Muhlis Al Alawi,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com - Basuki (55), seorang penjual peti jenazah di Kota Ponorogo tak mengira omzetnya meningkat tajam selama pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, jumlah penjualan peti mati di toko Basuki tak menentu.

Bahkan, peti mati milik pria yang akrab disapa Pak Bas itu tak laku sama sekali dalam sebulan.

"Sebelum pandemi dulu dalam satu bulan belum tentu terjual satu peti. Tapi sekarang ini kami selalu kehabisan stok," kata Basuki kepada Kompas.com, pekan lalu. 

Sejak pandemi Covid-19 menghantam Ponorogo, permintaan peti mati yang dijual melonjak tinggi. 

Dalam sepekan, Pak Bas bisa menjual 18 peti mati. Rata-rata, dua hingga tiga peti mati bisa laku dalam sehari.

Baca juga: Begal Lintas Provinsi yang Bunuh Sopir Truk Ditangkap, Pelaku Ditembak karena Melawan

Melonjaknya permintaan peti mati itu bukan tanpa alasan. Selama pandemi Covid-19, tercatat 2.370 kasus positif Covid-19 hingga pekan kedua Februari 2021.

Dari jumlah itu, 1.948 sembuh, 130 meninggal dunia, dan 292 masih menjalani isolasi. 

Peti mati yang dijual Basuki rupanya bukan buatan sendiri. Peti mati itu didatangkan dari Jawa Tengah. 

Sejak kasus Covid-19 melonjak, tak mudah mendatangkan peti mati. Permintaan yang tinggi di pasaran menjadikan peti mati menjadi barang langka.

Para perajin di Wonogiri dan Jepara juga sering kehabisan stok.

Ia mengatakan, sudah tiga minggu berlalu, peti mati yang dipesan dari Jawa Tengah tak kunjung tiba ke tokonya.

Beberapa perajin berdalih banyaknya permintaan peti mati membuat mereka kewalahan melayani pesanan. 

 

Kendati permintaan tinggi, harga peti mati yang dijualnya tidak naik. Satu peti mati dijual Rp 500.000 hingga jutaan rupiah. 

"Selama pandemi, peti yang paling laku yang harganya paling murah, yaitu Rp 500.000," kata Basuki. 

Paling banyak dibeli rumah sakit

Dari jumlah peti mati yang dijual, Basuki lebih banyak mendapat pembeli dari pihak rumah sakit.

Tetapi, jika stok di toko Basuki habis, biasanya pihak rumah sakit membuat peti mati darurat dari papan kayu.

Baca juga: Cerita Ibu Muda Hamil 1 Jam di Cianjur, Bidan Desa: Saat Diperiksa Sudah Waktunya Melahirkan

Meski kebanjiran pesanan, Basuki tak ingin pandemi Covid-19 terus berlanjut. Ia berharap pandemi segera usai sehingga tak ada lagi korban berjatuhan.

"Saya merinding kalau ada mobil ambulans yang datang ke sini mengambil peti jenazah. Untuk itu saya berharap pandemi ini segera berakhir," jelas Basuki. 

Sebagai bentuk keprihatinan banyaknya korban yang berjatuhan akibat Covid-19, Basuki memberikan kelonggaran pembayaran peti mati yang dibeli rumah sakit.

"Pembayaran bisa dilakukan setelah selesai pemakaman," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com