Bantuan untuk korban
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Besar langsung mendirikan tenda pengungsian untuk warga yang rumahnya berada di lokasi bencana tanah bergerak.
Hal tersebut sebagai upaya penangan darurat dan sementara.
"Kami dari BPBD langsung mendirikan tenda keluarga pertama 8 unit, kemudian karena dibawa angin, sekarang tinggal 3 dan 1 tenda besar. Dari BPBA juga ada mendirikan 1 tenda besar, Dinsos 7 tenda beserta bantuan logistik," ujar Kepala BPBD Aceh Besar Parhan kepada Kompas. com.
Baca juga: Saat Perkampungan di Ciamis Berubah Jadi Sunyi akibat Tanah Bergerak
Sementara itu, Gubernur Aceh Nova Iriansyah yang berkunjung ke Desa Lamkleng pada Rabu (27/1/2021), berjanji akan segera membangun 18 unit rumah untuk keluarga terdampak bencana tanah bergerak itu.
Menurut Nova, jika pembangunan rumah bagi para korban harus menunggu dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA), maka akan menyita waktu yang lama untuk realisasi pembangunan.
Untuk itu, ia meminta Pemerintah Kabupaten Aceh Besar untuk segera menyiapkan lahan.
"Kalau ada lahan relokasi bisa langsung dibangun rumahnya. Skema bantuan rumah akan diupayakan melalui dana corporate social responsibility (CSR), karena kalau harus menunggu dana APBA terlalu lama, nanti teken 2022," kata Nova.
Sementara itu, Kepala Desa Lamkleng Fajri menyebutkan, selain rumah warga, kerusakan lain juga terjadi pada ruas jalan desa sepanjang 300 meter.
Kemudian, bangunan tempat penampungan air bersih, Gudang PKK, 3 hektar lahan perkebunan warga, dan puluhan makam juga rusak akibat tanah bergerak.
"Bangunan rumah yang sudah retak 1 unit. Tapi 14 rumah yang berada di lokasi tanah bergerak itu tidak layak tinggal, harus direlokasi semua," kata dia.
Fajri menyebutkan, saat ini hanya tinggal 2 kepala keluarga yang masih tetap mengungsi di tenda, karena kondisi bangunan rumah mulai retak.
Warga lainnya hanya mengungsi ke tenda saat terjadi hujan.
Fitrina (40) salah satu warga yang terdampak langsung dari fenomena tanah bergerak itu, hingga saat ini masih bertahan di tenda pengungsian bersama 8 orang anggota keluarganya.
Fitrina dan keluarganya tidak berani lagi tinggal di rumah, lantaran ada bagian rumahnya yang sudah mulai retak.
"Saya sudah satu bulan tinggal di tenda, dengan kondisi banyak nyamuk. Kalau hujan, tenda juga masuk air. Harapannya kalau bisa kami saat bulan suci Ramadhan nanti sudah dibantu rumah yang dijanjikan Gubernur Aceh," ujar Fitrina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.