Radio kambing menjadi salah satu wujud nyata bagaimana rakyat dan pers memperjuangkan informasi, bahkan ketika mereka harus berhadapan dengan militer Belanda.
"Kenapa itu penting, karena saat itu Belanda juga menyebarkan hoaks, berita bohong bahwa Soekarno Hatta sudah ditangkap dan itu mempengaruhi psikologi pejuang," kata dia
"Hoaks lainnya ialah memecah belah kelompok dengan menyebar kabar pertempuran kelompok a dan kelompok b. Belanda pun terbang dan menyebarkan selebaran dari atas," lanjutnya.
Maka tinta sejarah membuktikan, peran pers sangat penting untuk memberikan informasi yang menggugah semangat rakyat hingga meluruskan kabar yang salah.
Kepala Monumen Pers Solo, Widodo Hastjaryo mengungkapkan, ada dua perangkat yang tersimpan, yakni peralatan inti penyiaran radio serta power supply.
Widodo menuturkan perjuangan pers pada saat itu tak main-main.
Sebab saat memindahkan radio itu, kini dibutuhkan cukup banyak orang.
"Diangkat berempat belum kuat, Jadi saya bisa bayangkan bagaimana rakyat dan para pejuang informasi kita memanggulnya saat itu," kata dia.
Menurut Widodo, Balai Konservasi Cagar Budaya pernah mendatangi Monumen Pers untuk mengetahui tahun berapa radio itu diproduksi.
"Dicek serial number-nya, itu diperkirakan diproduksi tahun 1930-an," ujar dia.
Sehingga diperkirakan, kini radio tersebut berusia sekitar 90 tahun.