Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Radio Kambing" dan Kisah Perjuangan Pers Melawan Militer Belanda

Kompas.com - 14/02/2021, 08:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Derap langkah kaki militer Belanda memasuki kawasan Yogyakarta dan Solo.

Mereka menggempur objek-objek vital dalam Agresi Militer Belanda pada tahun 1948.

Pemancar-pemancar radio pun tak luput dari serangan. Sebab, objek tersebut ialah ancaman besar bagi Belanda saat itu.

"Radio ketika itu menjadi alat komunikasi, yang bisa memberikan komando, menyampaikan gambaran situasi serta sarana agitasi politik bangsa Indonesia. Belanda khawatir, pejuang mengobarkan semangat melalui radio," kata Sejarawan yang juga Dosen Prodi Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko.

Baca juga: 3 Jam Avanza Tersesat di Hutan Gunung Putri Saat Tengah Malam, Polisi: Kabut Tebal dan Hujan Deras

RRI Klaten diserang, angkasawan Solo selamatkan pemancar

IlustrasiKOMPAS/HANDINING Ilustrasi
Militer Belanda menggempur habis pemancar RRI di PTP Goni, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah.

Hal itu membuat para pejuang penyiaran di Solo yang ketika itu lebih dikenal dengan sebutan angkasawan, mengambil langkah sigap.

Atas perintah Kepala RRI Surakarta, R. Maladi, mereka menyelamatkan pemancar radio di Kota Bengawan.

"Oleh R. Maladi dan teman-teman angkasawan, radio itu dungsikan ke arah kaki Gunung Lawu secara diam-diam," kata dia.

Baca juga: Mengintip Ponten, Toilet Umum Pertama di Solo pada Masa Kolonial

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com