Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Dua Putri Keraton Solo "Terkunci" di Keputren, Sikap Polisi dan Dugaan Masalah Keluarga

Kompas.com - 14/02/2021, 07:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Perseteruan antar anggota keluarga Keraton Solo, Jawa Tengah, kembali memanas.

Dua anggota keraton diduga sengaja dikunci di lingkungan Keputren selama tiga hari, tepatnya sejak Kamis (11/2/2021) bersama dua abdi dalem penari, sentono dan abdi dalem.

Kedua kerabat keraton tersebut adalah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbai dan GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng.

Baca juga: 13 Tahun Konflik, Keluarga Keraton Solo Akhirnya Berdamai

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Mengaku dikurung dari luar

GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng memberikan keterangan pers seusai keluar dari dalam Keputren Keraton Solo, Jateng, Sabtu (13/2/2021).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng memberikan keterangan pers seusai keluar dari dalam Keputren Keraton Solo, Jateng, Sabtu (13/2/2021).

Setelah tiga hari dua malam terkunci di Keputren, Gusti Moeng dan Gusti Timoer serta abdi dalem yang mengikutinya akhirnya bisa keluar dari Kompleks Keraton Solo, pada Sabtu (13/2/2021).

Gusti Moeng mengatakan, dirinya menduga ada orang lain yang sengaja menguncinya dari luar.

"Saya tidak tahu itu (yang buka). Saya juga tidak ngerti yang mengunci. Tadi yang bukain pintu orang-orang pakai baju batik. Setelah pintu dibuka terus keluar," terang dia.

2. Listrik mati

Gusti Moeng menjelaskan, selama tiga hari di dalam Keputren, dia mengaku kekurangan makanan dan kondisi di dalam tak ada penerangan. 

Baca juga: Sempat Terkunci di Keputren, Dua Kerabat Keraton Solo Akhirnya Keluar

Hal senada juga diungkapkan oleh Gusti Timoer, Gusti Timoer dirinya tidak sengaja masuk bersama Gusti Moeng ke dalam Keputren karena masih memiliki tempat tinggal di sana.

Dirinya juga sejatinya ingin melihat kondisi di dalam Keputren karena sudah hampir lima tahun dia tinggalkan.

"Dan sangat memprihatinkan. Saya keluar dari keraton tidak membawa apa-apa. Hanya baju satu koper dengan anak saya. Semua saya tinggalkan. Saya mau ambil tidak boleh," ungkap dia.

3. Kronologi versi Gusti Moeng 

Lingkungan keputren Keraton Solo.KOMPAS.com/M Wismabrata Lingkungan keputren Keraton Solo.
Sementara itu, menurut Gusti Moeng, kejadian itu berawal saat dirinya dan suaminya, Gustri Kanjeng Eddy Wirabumi, pulang dari makan siang.

Setelah itu, Kanjeng Eddy melihat mobil RI 10 terparkir di Kori Kamandungan Keraton.

Secara spontan, dirinya lalu mengikuti tamu dari BPK itu masuk Kori Kamandungan karena setingkat Menteri.

"Saya mau mengikuti karena saya lagi bersurat dengan BPK Semarang perihal tagihan LPJ tahun 2018 yang sampai 2020 belum ada. Saya terima laporan itu Maret 2020," terang dia.

"Melihat yang lain kok bawa kekancingan ini berarti BPK akan dikasih kekancingan. Saya hanya mengingatkan sebetulnya itu tidak boleh dan kalaupun iya harus izin Presiden. Apapun keraton ini masih dianggap ada konflik," sambung dia.

 

Baca juga: Cerita Putri Raja Terkurung di Keputren Keraton Solo Jelang Jumenengan

Hal senada dibenarkan oleh Eddy, menurutnya, saat istrinya menyusul ke dalam keraton, tamu dari BPK ternyata sudah bergeser ke Sasana Putra.

Dirinya melihat Gusti Moeng dan Gusti Timoer serta beberapa abdi dalem ikut menyusul tamu BPK tersebut ke Sasana Putra.

"Tamunya (BPK) bergeser ke barat. Gusti juga tidak ada ternyata mengikuti tamu dari pintu yang lain. Saya nungguin Gusti di situ nggelar keloso (membentangkan tikar) sempat salat Maghrib di situ," ungkap dia.

Setelah tamu BPK meninggalkan keraton, ujar Eddy, Gusti Moeng dan Gusti Timoer beserta abdi dalem yang ikut masuk masih di dalam Keputren dan tidak bisa keluar. 

Baca juga: Nekat Terjang Kabut Tebal, Avanza Tersesat di Hutan Gunung Putri, Majalengka, Ini Ceritanya

4. Penjelasan menurut Wakil Pengageng Sasana Wilapa

Suasana jumenengan di Keraton Solo pada bulan April 2017. KOMPAS.com/WISMABRATA Suasana jumenengan di Keraton Solo pada bulan April 2017.

Sementara itu, Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo Kanjeng Raden Ariya (KRA) Dani Nur Adiningrat mengatakan tidak ada penguncian kedua kerabat keraton di Keputren.

"Tidak ada penguncian atau pengurungan. Saya menyampaikan kepada mereka dan beberapa pihak keamanan untuk keluar. Karena mereka memang tidak diundang. Tetapi mereka tidak mau (keluar)," ungkap dia.

"Jadi mereka masuk sendiri. Konon kata mereka mau menemui Kepala BPK. Padahal Kepala BPK kalau mereka mau bertemu itu kantornya jelas. Mereka tidak diundang terus mengaku dikunci dan sebagainya yang terjadi bukan seperti itu," sambung dia.

5. Sikap polisi

Ilustrasi polisi KOMPAS.com/NURWAHIDAH Ilustrasi polisi

Sementara itu, dilansir dari Tribunnews, aparat kepolisian bersikap akan menghormati pihak keraton untuk menyelesaikan masalah keluarga itu secara internal.  

“Kalau seputar masalah internal keluarga Keraton, dipersilahkan untuk diselesaikan secara internal keluarga keraton juga,” Kata Kapolresta Solo, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak, Jumat (12/2/2021).

Namun, Ade menegaskan, pihaknya tetap melakukan patroli untuk untuk memantau kondisi sekitar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Apabila ada tindakan yang menjurus melawan hukum akan dilakukan tindakan sesuai prosedur hukum. 

“Kecuali jika ada tindakan melawan hukum, baru menjadi ranah Polri,” papar Ade Safri.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Kerabat Keraton Diduga Dikurung di Keraton Solo, Kapolresta Sebut Masalah Internal Keluarga

(Penulis: Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: Dony Aprian)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com