Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bung Karno, Mbok Sarinah, dan Mojokerto

Kompas.com - 14/02/2021, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pada 15 Agustus 1966, Presiden Soekarno meresmikan sebuah gedung yang menjadi pusat perbelanjaan pertama di Tanah Air.'

Gedung yang berada di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat tersebut diperuntukkan sebagai etalase barang produksi dalam negeri khususnya yang berasal dari UMKM.

Bung Karno menyebutnya Gedung Sarinah.

Gedung tersebut memiliki tinggi 74 meter yang terdiri dari 15 lantai yang menjadikannya sebagai bangunan pencakar langit pertama di Indonesia.

Sebagai pusat perbelanjaan modern pertama, Gedung Sarinah langsung jadi ikon berbelanja di Jakarta.

Baca juga: Relief 55 Tahun Bakal Dipamerkan Saat Peresmian Sarinah 10 November

Tak banyak yang tahu jika nama Sarinah dipilih oleh Soekarno sebagai rasa hormat sang Presiden kepada pengasuhnya yang bernama Sarinah.

Bahkan Soekarno menulis buku khusus yang berjudul Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia.

Dalam kata pengnatar buku itu Soekarno menulis,

"Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terimakasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-anak. Pengasuh saya itu bernam Sarinah, Ia "Mbok" saya. Ia membantu ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih. Dari dia saya banyak mendapatkan pelajaran mencintai "orang kecil". Dia sendiri pun "orang keci". Tetapi budinya selalu besar!

Moga-moga Tuhan membalas kebaikan Sarinah itu!"

Baca juga: Menilik Relief Tua yang Tersembunyi di Gedung Sarinah...

Soekarno bertemu Sarinah di Mojokerto

Penggalan pidato Bung Karno mewarnai mural di Jalan RE Martadinata, Cipayung, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (6/11/2018).KOMPAS/Wawan H Prabowo Penggalan pidato Bung Karno mewarnai mural di Jalan RE Martadinata, Cipayung, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (6/11/2018).
Ketika berusia 6 tahun, Soekarno kecil yang saat itu bernama Kusno ikut pindah orang tuanya dari Surabaya ke Mojokerto.

Sang ayah Raden Sukemi Sosrodiharjo menjadi guru di Mojokerto. Ia pun mengajak sang istri, Idayu dan dua anaknya termasuk Sukarmini yang berusia dua tahun di atas Kusno.

Bung Karno menceritakan kehidupannya di Mojekerto di Buku Soekarno Penyambung Lidah Rakyat yang disusun oleh Cindy Adams di bab khusus yang berjudul Mojokerto: Kepedihan di Masa Muda.

Di Mojoketo, Kusno bertemu Sarinah seorang gadis yang kemudian menjadi pengasuhnya.

Baca juga: Erick Thohir Mau Gedung Sarinah Pasca-renovasi Diresmikan Saat Hari Pahlawan

Bagi keluarga Sukemi, Sarinah bukan pelayan dalam pengertian barat. Sarinah dianggap bagian dari keluarga Sukemi.

Sarinah tidak menikah. Selama tinggal bersama keluarga Sukemi, Sarinah juga tidak menerima gaji.

"Dia tidur bersama kami, tinggal bersama kami, memakan apa yang kami makan, tetapi dia tidak mendapat gaji sepeser pun."

"Dialah yang mengajarku mengenal kasih sayang. Sarinah mengajariku untuk mencintai rakyat. Rakyat kecil," cerita Soekarno pada Cindy.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com