KOMPAS.com- "Hidup adalah antrean. Antre menunggu giliran. Giliran itu pasti, tak perlu dirisaukan. Risaukan kalau hanya menjadi pengganggu antrean"
Untaian kalimat tersebut seolah menjadi sebuah pesan dari seorang sosok budayawan Supriyanto G.S atau yang akrab disapa Prie GS.
Kalimat yang pernah diunggah oleh Prie GS di beberapa akun media sosialnya itu seakan mengingatkan, bahwa maut adalah sebuah kepastian.
Kini sang budayawan telah berpulang.
Prie GS meninggal dunia, Jumat (12/2/2021) pukul 06.30 WIB.
Melansir Tribun Jateng, Prie GS dibesarkan di Kaliwungu, Kendal.
Prie mengawali kariernya sebagai seorang wartawan di Harian Umum Suara Merdeka, Semarang.
Seperi diberitakan Kompas.com, Prie GS menerbitkan banyak buktu karya antara lain Merenung Sampai Mati (2004), Indonesia Jungkir Balik (2012), Hidup Ini Keras, Maka Gebuklah (2012) dan Waras di Zaman Edan (2013).
Selama hidupnya, Prie kerap berkecimpung di dunia kesenian, bahkan di hari-hari terakhirnya.
Pada Selasa (9/2/2021), Prie GS diketahui masih mengisi acara bertema "Wolak Walike Zaman".
Ia juga menggunggah video di kanal YouTube mengenai penjelasan sejumlah bait Serat Kalatidha karya Rangga Warsita.
Baca juga: Cerita Ganjar Kenang Sosok Budayawan Prie GS: Masyarakat Indonesia Kehilangan