Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Perubahan Iklim, Pulau-pulau Kecil di Indonesia Rentan Terendam

Kompas.com - 12/02/2021, 13:48 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Perubahan iklim mengakibatkan terjadinya peningkatan permukaan air laut.

Fenomena ini merupakan akibat dari pemanasan suhu global yang disebabkan emisi gas karbon.

Jika hal ini terus berlanjut maka ekosistem perikanan akan terancam.

Meskipun begitu, setiap negara akan menerima dampak yang berbeda-beda.

Ketua Tim Penasihat Menteri Perikanan dan Kelautan RI, Prof Rokhmin Dahuri mengatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap perubahan iklim global.

Baca juga: Menilik Berbagai Upaya Indonesia untuk Mencegah Perubahan Iklim

Alasan Indonesia rentan perubahan iklim

Menurutnya, ada beberapa alasan Indonesia rentan terhadap perubahan iklim.

Penyebabnya, sebagian besar pulau di Indonesia berukuran kecil. Sekitar 74 persen pulaunya berukuran di bawah 10 hektar. Selain itu, daerah pesisir biasanya adalah dataran rendah.

"Pulau kecil dan pesisir sangat rentan terendam saat terjadi peningkatan air laut. Banyak kota besar di Indonesia juga berada pada wilayah pesisir. Hampir 60 persen populasi penduduk negara ini tinggal di pesisir,” ungkap Rokhmin dalam Webinar Membangun Perikanan yang Tangguh Terhadap Perubahan Iklim yang digelar Kementerian Kelautan dan Perikanan, IPB University dan Environmental Defense Fund (EDF), Jumat. 

Baca juga: Kala Perubahan Iklim Buat Ilmu Puluhan Tahun Petani Gunungkidul Jadi Sering Salah

Lebih lanjut ia menjelaskan, Indonesia memiliki potensi perikanan terbesar di dunia. Bahkan sampai saat ini pemanfaatnya masih sekitar 20 persen dari potensi total.

Perikanan menyediakan lapangan kerja yang sangat signifikan. Ada 16 juta orang yang bekerja di sektor perikanan.

Artinya, kata dia, seperempat orang Indonesia hidupnya bergantung pada sektor perikanan.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga laut dan perikanan Indonesia.

"Dampak dari pemanasan global harus bisa dicegah dan dikendalikan," ucap dia melalui keterangan tertulis IPB University, yang diterima Kompas.com, Jumat (12/2/2021).

Baca juga: Jokowi: Dampak Perubahan Iklim Sangat Nyata untuk Petani dan Nelayan

 

Adaptasi perubahan iklim

Menurutnya, fokus penanganan adalah dengan mengurangi sumber penyebab perubahan iklim dan mengurangi produksi karbon.

Ia menilai bahwa perlu upaya yang serius dalam hal adaptasi perubahan iklim.

“Adaptasi perubahan iklim adalah proses membangun strategi antisipasi dampak perubahan iklim. Dengan pola perencanaan tata kelola perikanan yang menerapkan pembangunan berkelanjutan," kata Rokhimin.

"Misalnya dengan mengubah sumber bahan bakar kapal ikan digantikan oleh energi terbarukan. Selain itu kita perlu membudidayakan alga dan tumbuhan yang bisa menyerap karbon,” ungkap Rokhmin.

Baca juga: Perubahan Iklim, Pesisir Indonesia Terancam Tenggelam (1)

Blue economy

Tak kalah penting adalah manajemen ekosistem yang berwawasan blue economy.

Keberlanjutan lingkungan alam dan lingkungan sosial harus diperhatikan dengan baik.

Hal yang paling penting adalah melindungi magrove dan koral serta rehabilitasi karang dan ekosistem laut yang sudah rusak.

"Vegetasi magrove ini sangat penting untuk terus keberlanjutan ekosistem pesisir," sebut dia.

Dia mengatakan, pemerintah juga perlu mendorong sektor perikanan untuk menerapkan praktik-praktik yang ramah lingkungan.

Baca juga: Curah Hujan Ekstrem, Koalisi Masyarakat Sipil Minta RUU Perubahan Iklim Dibahas dan Disahkan

Praktik perikanan ramah lingkungan

Sebab, menurut dia, industri perikanan dalam prosesnya tidak boleh ada limbah dan emisi.

Karena itu, perlu kolaborasi antar pihak untuk membuat daerah percontohan di sektor ini. Baik dalam pengelolaan lingkungan pantai ataupun industri perikanan.

"Perubahan iklim adalah hal yang nyata, seperti halnya dampak negatifnya bagi perikanan. Masalah ini harus dihadapi bersama secara global. Saat masyarakat bisa adaptif, maka sektor perikanan bisa diselamatkan. Masalah ini tentunya harus melibatkan kebijakan negara maupun global. Sehingga setiap pihak harus terus berkolaborasi satu sama lain," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com