Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Perkampungan di Ciamis Berubah Jadi Sunyi akibat Tanah Bergerak

Kompas.com - 11/02/2021, 11:07 WIB
Candra Nugraha,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


CIAMIS, KOMPAS.com - Hari pertama di tahun 2021, bencana alam berupa tanah bergerak melanda Dusun Cilimus, Desa Indragiri, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Akibatnya, seluruh rumah di RT 012/RW 010 terpaksa dikosongkan.

"Kejadiannya Jumat malam, 1 Januari 2021," kata Ana Rusliana selaku Kepala Dusun Cilimus, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu (10/2/2021).

Baca juga: Tanah Bergerak di Cianjur, 8 Rumah Harus Segera Direlokasi

Pada saat itu, dinding dan lantai rumah mulai mengalami retakan kecil.

Saat itu warga mulai was-was, takut bencana lebih besar terjadi di permukiman mereka.

Pada Sabtu dini hari, terjadi retakan yang cukup besar.

Suara keramik lantai yang pecah perlahan-lahan, terdengar jelas oleh warga.

Pada Sabtu pagi, sejumlah warga mengungsi ke rumah kerabat yang tak jauh dari kampungnya.

Selain itu, mereka menempati rumah kosong yang tidak ditempati penghuninya di kampung tetangga.

"Pemiliknya bekerja di kota, jadi rumahnya kosong," kata Ana.

Baca juga: Rekomendasi PVMBG: Tanam Pohon Berakar Kuat di Lokasi Tanah Bergerak Sukabumi

Menurut Ana, sejak awal terjadinya tanah bergerak, tidak ada titik pusat pengungsian.

Sebab warga memilih mengungsi ke rumah kerabat.

"Mengungsinya ke rumah kerabat dan rumah kosong," kata dia.

Kondisi itu berlanjut, karena gerakan tanah masih terjadi. Namun pergerakannya lambat, tidak seperti saat pertama terjadi bencana tersebut.

"Kemarin saya meninjau lokasi, ada retakan. Namun gerakannya lambat, sudah hampir dua minggu, retakan sekitar 1 sentimeter. Saat kejadian, retakan bisa sampai 1 sentimeter per hari," kata Ana.

 

Alih fungsi lahan hingga relokasi

Menurut Ana, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) menyarankan untuk mengalihfungsikan lahan.

Kolam ikan diubah menjadi kebun yang ditanami palawija dan kayu keras.

"Supaya bisa menyerap air," kata Ana.

Saat ini, sudah 12 kolam yang dikeringkan dan siap ditanami palawija.

Mengenai relokasi, Ana mengatakan, lahan untuk relokasi sudah tersedia.

Tempatnya di tanah desa atau tanah bengkok.

"Lahan relokasi siap, tinggal tunggu proses relokasinya," ucap dia.

Baca juga: Warga di Lokasi Bencana Tanah Bergerak Sukabumi Terkejut Mendengar Dentuman Keras

Ana melanjutkan, tim dari Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Ciamis, sudah datang ke lokasi.

Mereka mengidentifikasi dan mendata rumah yang terdampak. "Semua rumah diusulkan direlokasi," kata dia.

Rencana Pemkab Ciamis

Bupati Ciamis Herdiat Sunarya menyampaikan, pihaknya masih membahas langkah terbaik untuk warga yang terdampak tanah bergerak.

Menurut Herdiat, relokasi memang harus dilakukan.

"Kalau di desa ada tanah desa, ya kita bangun untuk relokasi," kata Herdiat.

Sementara itu, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis, ada 23 rumah yang terdampak bencana tanah bergerak ini.

Sebanyak 23 rumah tersebut dihuni oleh 26 kepala keluarga atau sebanyak 74 jiwa.

"Ada satu rumah dihuni oleh 2 KK," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Ciamis Memet Rahmat saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu.

Gerakan tanah menyebabkan lantai tanah ambles sedalam 30 sentimeter di Dusun Cilimus, Desa Indragiri, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.Foto Dokumen Kepala Dusun Gerakan tanah menyebabkan lantai tanah ambles sedalam 30 sentimeter di Dusun Cilimus, Desa Indragiri, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Beberapa hari pasca kejadian, 23 rumah itu dikosongkan.

Namun, saat ini 12 rumah sudah mulai dihuni warga.

"Itupun hanya diisi suami (kepala keluarga) saja," ucap Memet.

Para kepala keluarga diperbolehkan menempati rumah, karena dianggap bisa cepat menyelamatkan diri apabila sewaktu-waktu terjadi hal yang darurat.

Mereka juga sembari menjaga harta benda yang ada di rumah.

"Istri dan anak-anak tetap mengungsi di rumah saudara terdekat," kata Memet.

Sedangkan 11 rumah lainnya tetap dikosongkan.

Rumah tersebut berada di zona merah dan dalam kondisi rusak.

"11 rumah tetap dikosongkan," kata Memet.

Penyebab tanah bergerak

Peneliti dari Badan Geologi PVMBG Maryono menyampaikan, pihaknya sudah melakukan kajian di lokasi tanah bergerak di Dusun Cilimus.

Dia menjelaskan, secara morfologi, daerah bencana tersebut merupakan daerah lereng perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng 20-40 derajat.

Daerah yang mengalami pergerakan paling intensif adalah daerah lembahan atau cekungan yang di bawahnya ada permukiman.

Dari sisi geologi, menurut dia, berdasarkan hasil pemeriksaan, lokasi bencana tersusun oleh tanah pelapukan batuan vulkanik dengan tingkat pelapukan tinggi.

Tanah pelapukan terdiri dari material yang berukuran lempung pasiran dengan warna cokelat kemerahan.

Pada bagian bawah berupa lava andesit, sedangkan di bagian ujung longsoran/pergerakan tanahnya sangat lunak dan gembur serta muncul rembesan air dan lumpur.

Tata guna lahan di lokasi tanah bergerak, pada lereng atas dan tengah berupa kebun campuran.

Sedangkan lereng bagian bawah merupakan permukiman dan jalan kabupaten.

 

Mengenai kerentanan gerakan tanah, berdasarkan peta prakiraan terjadinya gerakan tanah (Badan Geologi PVMBG), daerah yang terdampak ini masuk pada zona kerentanan gerakan tanah tinggi.

Ini artinya, daerah tersebut memiliki potensi terjadi gerakan tanah yang tinggi.

Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah, sungai, gawir, tebing, dan jalan.

Lebih lanjut, Maryono mengatakan, ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di Dusun Cilimus.

Pertama, lereng yang terjal dan tanah pelapukan yang tebal menumpang di atas batuan kedap air. Kemudian, kondisi material lereng bagian bawah yang sangat jenuh dan gembur.

Ketiga, sifat tanah pelapukan yang jarang dan mudah luruh apabila terkena air.

"Kemudian dipicu oleh curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama yang turun sebelum gerakan tanah. Saat ini memasuki Lanina, sehingga curah hujan meningkat di atas normal," kata dia.

Badan Geologi menyimpulkan, tanah bergerak masih berpotensi terjadi di Dusun Cilimus.

Gerakan tanah berupa rayapan dan akan terus terjadi gerakan, terutama saat dan setelah hujan deras di atas normal.

Gerakan tanah di sini dapat menjadi gerakan tanah tipe cepat, karena kelerengan yang terjal.

Maryono memberi sejumlah rekomendasi kepada warga setempat. Dia meminta retakan segera ditutup, serta perlu penguatan lereng, atau tembok penahan jalan.

Selain itu, penguatan rumah-rumah retak agar segera diperbaiki.

Kemudian, perbaiki dan atur drainase di kiri dan kanan jalan supaya air tidak menggenang ke tubuh longsoran dan menjauhi tanah.

Sementara untuk calon lahan relokasi, menurut Maryono, lahan milik desa tersebut berupa kebun.

Lokasinya ada di pinggir jalan aspal dan tidak dijumpai longsoran maupun retakan.

Foto 2: gerakan tanah menyebabkan lantai tanah ambles sedalam 30 cm di Dusun Cilimus Desa Indragiri Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Foto dok kepala dusun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com