Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19 di Sleman, Tak Berani Pulang hingga Terpeleset ke Liang Lahat

Kompas.com - 10/02/2021, 18:55 WIB
Wijaya Kusuma,
Dony Aprian

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Suasana sepi menyelimuti Tempat Pemakaman Umum (TPU) Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Setelah melewati gerbang TPU, tampak beberapa pepohonan rindang yang memayungi dari terik sinar matahari.

TPU milik Pemkab Sleman ini menjadi lokasi khusus pemakaman jenazah pasien Covid-19.

Total luas TPU Madurejo mencapai sekitar 7,9 hektar.

Dari total tersebut, satu hektar disediakan untuk pemakaman jenazah pasien suspect dan positif Covid-19.

Di tengah kesunyian itu, terdengar sayup-sayup suara beberapa orang yang sedang bercengkrama.

Baca juga: Pukul Petugas Pemakaman karena Jenazah Pasien Covid-19 Tertukar, 2 Orang Ditangkap, Begini Kronologinya

Di sebuah pendopo, tampak beberapa orang sedang duduk beristirahat usai membersihkan area TPU Madurejo.

Mereka ini adalah para pekerja di TPU Madurejo, Prambanan.

Beberapa di antara mereka juga merupakan petugas pemakaman jenazah pasien suspect dan positif Covid-19.

"Saya kerja di sini sudah dua tahun lebih," ujar salah satu petugas pemakaman di TPU Madurejo yang merupakan warga Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Kirno (40), Jumat (5/2/2021).

Selama dua tahun bekerja, Kirno merasakan di masa pandemi ini menjadi saat-saat yang berat.

Sebab, meski pekerjaanya sebagai petugas pemakaman, Kirno juga merasa prihatin jika banyak jenazah pasien suspect dan positif Covid-19 yang harus dimakamkan.

"Iya prihatin. Kalau pertama kali memakamkan jenazah dengan menggunakan APD disini itu awal April, kalau Februari (2021) ini baru 1," urainya.

Baca juga: Biaya Pemakaman Jenazah Covid-19 di Kota Padang Mencapai Rp 3 Juta

Sebelum melaksanakan pemakaman, semua petugas di TPU Maderujo mendapat pelatihan teknis.

Pasalnya, proses pemakaman jenazah Covid-19 berbeda dengan biasanya.

Petugas pemakaman harus mengenakan alat pelindung diri lengkap.

Di awal-awal proses pemakaman, para petugas pemakaman di TPU Madurejo didampingi pihak puskesmas.

Setelah terbiasa mereka menjalankan proses pemakaman sendiri.

Meski telah mendapatkan pelatihan, kata dia, sebagai manusia biasa masih dihantui ketakutan dan khawatir saat pertama kali memakamkan jenazah Covid-19.

Rasa khawatir ini tercermin dari wajah para petugas saat proses pemakaman.

"Pertama iya (takut) kita pucat semua wajahnya, lah habis pelatihan malamnya itu ada yang harus dimakamkan. Waktu itu mau melepas sarung tangan saja takut," urainya.

Perasaan takut dan khawatir tersebut, sempat membuat para petugas pemakaman di TPU Madurejo tidak berani pulang ke rumah untuk bertemu keluarga.

Mereka akhirnya memilih untuk tidur di kantor TPU Madurejo selama beberapa hari.

"Keluarga khawatir ya ada, tapi sekarang sudah biasa. Pertama memakamkan saya nggak berani pulang, semua tidur di sini dua hari," ungkapnya sambil disambut tawa para rekanya seprofesi.

Menurutnya, pada tahun 2020 ada 12 personel pemakaman di TPU Madurejo.

Namun, pada tahun 2021 ini tinggal enam orang personel yang khusus untuk pemakaman.

Mereka bertugas secara bergantian.

Setiap memakamkan jenazah Covid-19, mereka dibantu personel dari TPU Seyegan yang juga milik Pemerintah Kabupaten Sleman.

"Di sini yang eksekusi Covid-19 ada enam orang, sama ada dua orang yang kremasi," urainya.

Para personel pemakaman ini pun harus terus bersiaga jika sewaktu-waktu ada panggilan.

Tidak mengenal pagi, siang atau tengah malam, mereka harus segera bergerak ke TPU Madurejo untuk menjalankan tugasnya.

"Lebih sibuk sekarang setelah ada Covid, soalnya standby 24 jam. Kalau dulu hari-hari biasa sebelum Covid-19 cuma jam kerja, kalau Covid-19 kan enggak harus secepatnya," tuturnya.

Para petugas pemakaman ini diberi waktu untuk tiba di TPU Madurejo.

Karena tempat tinggal para petugas pemakaman di TPU Madurejo terbilang cukup jauh, ada yang di Tempel, Minggir, hingga Srumbung Muntilan.

Kirno yang rumahnya di Tempel Sleman pun harus menempuh waktu sekitar 45 menit untuk bisa sampai ke TPU Madurejo.

Meski demikian, semua itu tetap dilakukan karena sudah menjadi tugas dan pekerjaannya.

"Tidak kenal jam, diberi waktu dua jam karena di sini personelnya rumahnya jauh-jauh. Tengah malam posisi tidur harus berangkat ya berangkat, jam 10 malam pernah, jam 1 malam pernah, mau subuh itu juga pernah, rata-rata malam," tegasnya.

Alat pelindung diri termasuk hazmat tidak pernah lupa dikenakan saat menjalankan tugas memakamkan jenazah Covid-19.

Awal-awal alat pelindung diri hanya sekali pakai.

Namun, untuk menghemat stok APD terpaksa harus dicuci dan digunakan kembali.

"APD kan di sini lama-lama berkurang, terus dicuci saja tidak apa-apa, tapi kalau sarung tangan dan masker tetap sekali pakai," ungkapnya.

Bahkan, para petugas pemakaman ini juga inisiatif merogoh kocek sendiri untuk membeli alat pelindung diri.

Mereka juga berinisiatif membeli sendiri demi melindungi diri saat bertugas.

"Inisiatif beli sendiri ya tidak masalah untuk safety kita juga kan. Kita beli masker, kacamata goggle sama face shield," tuturnya.

Diakuinya, hujan menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam proses pemakaman, terlebih pada malam hari.

Selama pemakaman malam hari, para petugas hanya diterangi oleh dua sorot lampu.

Saat turun hujan baju Hazmat menjadi lengket membuat pergerakan tidak bisa leluasa.

Jalan licin dan tanah untuk menutup liang lahat menjadi sulit dicangkul karena lengket.

Pernah ada satu kejadian yang sampai saat ini masih diingat oleh para petugas pemakaman di TPU Madurejo.

"Di sana kan sudah ada lubang-lubangnya, waktu memakamkan sampingnya itu kan lubang. Ada yang terpelset jatuh ke dalam lubang, itu malam, hujan gerimis," ujarnya.

Para petugas pemakaman ini pun menjalani rapid test. Hal ini untuk memastikan kondisi para petugas.

"Rapid test dua kali, ini baru dijadwalkan untuk antigen. Sebenarnya sudah dijadwalkan, tapi kemarin ada teman yang berhalangan terus jadwalnya diganti," tegasnya.

Para petugas pemakaman ini merupakan Pekerja Harian Lepas (PHL) di TPU Madurejo. Sehingga mereka mendapat honor harian.

"Honor hariannya ada, 2020 itu untuk pekerja lapangan Rp 94.000, tinggal dikalikan masuk kerjanya berapa kali. Ada insentif setiap eksekusi (memakamkan Covid) per orang Rp 250.000," bebernya.

Sementara itu, Sutrisno (50), petugas pemakaman di TPU Madurejo lainnya menambahkan, sampai saat ini para petugas di sini tidak ada yang sampai ditolak oleh warga saat pulang ke rumah.

"Kalau yang di sini tidak ada yang sampai ditolak, iya masyarakat kan sudah paham," ucapnya.

Dari data TPU Madurejo, Prambanan, Sleman, jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid sampai Februari 2021 sebanyak 60.

Pada bulan Desember menjadi jumlah terbanyak di tahun 2020 yakni ada 11.

Sedangkan pada Januri 2021 tercatat 14 pemakaman dan kremasi ada 4.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com