Konflik antara kelompok kriminal bersenjata dan aparat keamanan membuat banyak sektor tak berjalan seperti biasa. Salah satunya, sektor pendidikan.
Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah (DPPAD) Papua pun bergerak mendata jumlah pelajar yang terdampak konflik bersenjata di Intan Jaya dan Nduga.
Konflik bersenjata di Nduga telah membuat masyarakat meninggalkan tempat tinggal mereka. Sehingga, anak-anak berusia sekolah tak mendapat pendidikan yang layak.
"Kita harus selamatkan anak-anak disana (Intan Jaya dan Nduga) karena meraka generasi penerus, kalau sampai kita tidak tolong maka tida ada lagi generasinya, sekarang belum ada datanya tapi kami akan dapatkan datanya," ujar Kepala DPPAD Papua Christian Sohilait di Jayapura, Rabu.
Christian menjelaskan, aktivitas belajar mengajar di Distrik Hitadipa dan Mbiandoga, Intan Jaya, terpaksa berhenti karena faktor keamanan.
Christian berjanji segera bertolak ke Intan Jaya memastikan informasi tersebut.
Baca juga: PPKM Skala Mikro, Pemkot Surabaya Aktifkan Kembali 1.294 Kampung Tangguh
Sementara di Nduga, konflik bersenjata yang pecah sejak 2018 membuat sejumlah warga terpaksa pindah.
Tetapi, perpindahan warga itu membuat anak-anak mereka berhenti sekolah.
"Semua anak-anak di daerah panas kita akan kumpul di Keneyam, (ibu kota Nduga) dan saya sudah koordinasi dengan Bappenas agar membangun asrama di sana dan kita tampung," kata dia.
Tidak hanya di Keneyam, sebagian warga Nduga juga pindah ke Kabupaten Lanny Jaya dan Jayawijaya.
Nantinya setelah pendataan selesai, ia akan mengatur agar anak-anak yang berasal dari Nduga bisa bersekolah di dua kabupaten tersebut.
"Anak-anak di Wamena (Jayawijaya) dan Lanny Jaya, kita akan minta agar anak-anak tersebut bisa tersebar di sekolah yang ada di sana," kata Christian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.