Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Sebut Persoalan Banjir di Kota Semarang Akibat Pembebanan Struktur Bangunan

Kompas.com - 09/02/2021, 21:55 WIB
Riska Farasonalia,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Sejumlah titik di Kota Semarang diterjang banjir usai hujan deras yang mengguyur pada Jumat (5/2/2021) lalu.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah mencatat ada 11 titik banjir di Kota Semarang yang hingga kini masih belum surut terutama daerah Kaligawe dan Genuk.

Peneliti tata kelola air dan kota University of Amsterdam, Bosman Batubara menilai persoalan banjir di Kota Semarang tidak hanya disebabkan karena masalah pompa air, saluran drainase dan daerah aliran sungai (DAS) yang kritis.

Akan tetapi, masalah lain yang lebih mendalam juga patut diperhatikan yakni persoalan amblesan tanah.

Baca juga: Lihat Pengungsi Banjir di Demak Hanya Makan Mi Instan, Ini Kata Ganjar

Sebab, dari laporan penelitian lembaga-lembaga yang tergabung dalam satu konsorsium Water Management Semarang yang diterbitkan pada awal 2020, daerah Kaligawe mengalami amblesan tanah sekitar 10 sentimeter setiap tahunnya.

"Amblesan menjadi salah satu hal yang penting dibahas dalam hubungannya dengan banjir karena ia mempertinggi resiko banjir di kawasan yang ambles," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (9/2/2021).

Dalam kesempatan berbagai publikasi di berbagai jurnal dan media yang diikutinya, Bosman menyebut penyebab terjadinya amblesan tanah ini antara lain karena ekstraksi air tanah dalam, pembebanan bangunan dan/atau struktur, aktivitas tektonik dan kompaksi sedimen alluvial.

Selain itu, juga disebabkan karena pengerukan reguler untuk kebutuhan Pelabuhan Tanjung Emas yang membuat sedimen di bawah Semarang bergerak ke laut sehingga bagian-bagian tertentu dari Kota Semarang ambles.

"Salah dua faktor yang sepertinya dianggap sebagai penyebab dominan adalah ekstraksi air tanah dan pembebanan bangunan," ucapnya.

Baca juga: Air Banjir di Kudus Hitam dan Berbau, Ini Hasil Pemeriksaan Laboratoriumnya

Oleh sebab itu, kata dia, penanganan bencana banjir yang harus dilakukan di masa sekarang ini adalah memprioritaskan penanganan yang baik terhadap para korban.

Kendati demikian, menurutnya, permasalahan lain muncul sepanjang mengikuti diskusi dengan para peneliti terkait penyebab amblesan tanah.

"Seperti yang saya sederhanakan di atas, maka salah satu penyebabnya adalah pembebanan bangunan atau struktur," ujarnya.

Ia mencontohkan seperti pada proyek pembangunan tol dan Tanggul Laut Semarang-Demak (TTLSD) yang digadang sebagai solusi jangka panjang mengatasi banjir.

"Infrastruktur raksasa seperti TTLSD justru malah akan menambah beban di bagian utara Semarang. Artinya, akan memperparah amblesan tanah, dan membuat kota semakin berisiko direndam banjir," ungkapnya.

Ia berpendapat, solusi infrastruktur raksasa seperti TTLSD itu bukannya akan menyelesaikan permasalahan tapi justru sangat potensial menambah masalah baru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com