Kurang lebih 500 benda bersejarah hilang, dari jumlah total 5334 benda koleksi, kata Dodhy Syahrulsah.
"Kalau barang-barang yang hilang itu rata-rata dari jenis koleksi etnologi budaya masyarakat Sulawesi Tenggara, seperti masyarakat Buton, Muna, Tolaki dan Bombana," katanya.
Sebagian dari koleksi itu terbuat dari logam, kuningan, kuningan campuran berupa perkakas rumah tangga.
Termasuk beberapa senjata tajam sejenis parang, trisula dan beberapa samurai peninggalan tentara pendudukan Jepang.
Namun demikian, ada ratusan koleksi antik berbahan keramik dari berbagai negara di Asia dan Eropa yang berusia ratusan tahun tidak dijarah, ungkap Dodhy.
Baca juga: Museum Raja Ali Haji, Menelusuri Batam Sejak Kesultanan Riau Lingga
Dodhy memperkirakan museum Sulawesi Tenggara mengalami kerugian "ratusan juta rupiah" dari nilai harga benda-benda yang hilang.
"Tapi secara resmi kami belum bisa tentukan karena nanti harus dibentuk dulu tim ahli koleksi sambil kita melihat koleksi-koleksi itu semua dengan nilainya," jelasnya.
Adapun kurator museum, Agung Kurniawan, tidak melihat kehilangan benda koleksi dari segi materi, tetapi secara kesejarahan yang tidak bisa diukur dengan uang.
"Kalau Samurai [pedang katana] diluar sana bisa dinilai satu sampai dua miliar. Kalau kami tidak bisa mengukur itu," tegas Agung. Menurutnya, nilai yang penting adalah bagaimana sejarah yang membuat benda itu ada.
Baca juga: Museum Musik Afrika-Amerika Dibuka Januari 2021, Lacak Sejarah hingga Tahun 1600-an
Menurutnya, pedang katana itu diperoleh dari masyarakat sewaktu pengadaan benda museum pada 1970-an hingga 1980-an.
Keterangan yang dikumpulkan dari masyarakat, pedang katana tersebut digunakan oleh seorang Jenderal Jepang saat memimpin upacara resmi pasukan Jepang ketika menduduki Sulawesi Tenggara saat Perang Dunia II.
Jenis benda berharga lainnya yang dicuri dan dianggap sangat bernilai adalah keris Leko dari Pulau Muna, keris Takimbo dari Kepulauan Buton. Ketiganya memilki ciri khas tersendiri yang sangat tidak ternilai harganya, karena memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Baca juga: 5 Aktivitas Seru di Museum Sewu Rai Wonogiri, Bisa Sewa Kimono
Hilangnya benda bersejarah akan menyulitkan proses edukasi ke pelajar, mahasiswa, peneliti dan masyarakat tentang arti pentingnya peninggalan sejarah, dan leluhur yang pernah ada di Sulawesi Tenggara, kata Agung.
Sementara La Niampe menilai "benda itu memiliki nilai yang tinggi untuk kehidupan umat manusia terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sejarah.
"Jadi saya kira anak-anak kita yang rugi," kata La Niampe.
Baca juga: Museum Musik Afrika-Amerika Dibuka Januari 2021, Lacak Sejarah hingga Tahun 1600-an
Di lokasi tersebut, polisi mendapati jejak kaki manusia dan jejak kendaraan roda empat.
Sementara sidik jari pelaku tidak bisa diidentifikasi karena sudah mengalami kelunturan. Polisi menduga aksi pencurian dilakukan oleh lebih dari dua orang.
Kepala Polisi Sektor Baruga, AKP Gusti S. Sulastra, yang memimpin penyelidikan mengatakan, berharap masyarakat yang menemukan benda atau informasi keberadaan benda tersebut, segera melapor ke kepolisan.
Namun dua pekan setelah pencurian itu, kepolisian mengaku belum menemukan titik terang siapa pelakunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.